الحمد لله رب العلمين و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله وصحبه اجمعين Saudaraku Ibnu zain meminta saya untuk memberikan kata pengantar untuk bukunya IKHTISAR KAIDAH I’ROB “sebuah upaya mengenal dan memahami dasar – dasar I’rob”. Saya merasa tidak pantas memberikan kata pengantar ini, akan tetapi saya tidak mampu untuk menolak permintaan saudara Ibnu zain. Ketidak mampuan menolak keinginan saudara Ibnu zain dikarenakan saya merasa dia adalah orang ‘ajam yang tidak berbahasa arab akan tetapi dia mempelajari bahasa arab dan mengaplikasikan dalam bentuk sebuah karangan karena khidmah kepada bahasa arab. Semua ini mengingatkan saya pada uluma – ulama ‘ajam yang berkhidmah untuk bahasa arab bahkan mereka menjadi lebih arab daripada orang- orang arab, semisal Imam Sibawih, Imam Zamakhsyari, Imam Ghozali, Imam Bukhori dan masih banyak lagi ulama – ulama lainya. Keutamaan mereka masih jelas dan masih dimanfaatkan oleh orang – orang dizaman sekarang. Disini kita perlu mengetahui beberapa poin dibawah ini: 1. Al-Qur‘an adalah yang menyatukan dialek – dialek, seperti qobilah main, samud, hadramaut dan lain – lain. Al-Qur’an adalah yang mengarabkan orang- orang ajam, sehingga bahasa arab berkembang biak, meluas dan menguasai bahasa mereka. Al-Qur’an adalah yang membuat langgeng atau abadi selagi Al-Qur’an di pegang oleh orang -orang islam. 2. Ketika kita mempelajari Al-Qur‘an Al-karim jangan sampai tujuan kita mempelajri Al-Qur’an hanya mempelajari bahasanya saja, namun itu semua untuk menerapkan hukum – hukumnya dan mengikuti petunjuk dan perintah – parintahnya. Karena Al-Qur‘an diturunkan untuk ini, bukan untuk dijadikan kamus dan maroji’ bahasa saja. 3. Ketika kita mempelajari bahasa arab maka kita jadikan itu sebagai jembatan menuju pembelajaran Al- Qur’an, hukum – hukum Al-Qur’an dan syariatnya. 4. Musuh – musuh islam telah mengajak dan mempromosikan ajakan untuk menghilangkan “keruwetan” bahasa arab dan menjadikan “sederhana”. Tujuan mereka adalah untuk menjadikan tembok pemisah antara kita orang islam dan Al -Qur’an, maka mestinya reaksi kita adalah mempelajari basa arab ,supaya tidak ada tangan - tangan jahat yang mampu untuk memisahkan kita dengan Al-Qur’an. Dari keterangan diatas saya sangat senang dan mengapresiasi atas buku karya tulis saudara Ibnu zain yang walaupun tidak berbahasa arab namun mau berkhidmah pada bahasa arab bahasa Al-Qur’an Al- karim. Semoga buku yang ditulis oleh saudara Ibnu zain ini bermanfaat bagi penulisnya ,para pembaca dan semua islam amiin.




              Berbicara masalah gender, sebagaimana yang telah kita ketahui, gender yaitu menyamakan antara laki-laki dan wanita dalam hak dan kewajiban.
              Apa arti gender menurut orang barat?
            Jika persamaan gender yang mereka maksud adalah berkumpulnya laki-laki dan wanita dalam satu tempat, lantas semua berjalan dengan teratur, ukuran serta tugas mereka sama, mendapatkan kesejahteraan yang sama tanpa adanya perbedaan sedikitpun, seakan-akan mereka bebatuan yang tersusun dalam satu tempat dengan ukuran yang sama. Jika persamaan gender yang mereka kehendaki adalah pemahaman dangkal seperti ini, maka hendaknya mereka mencarinya di pabrik produksi.
            Ketika dikatakan bahwa "Seorang wanita berhak melakukan hak politik, tetapi wanita itu sendiri ada yang pantas melakukan politik dan ada yang tidak, begitu juga dengan politik ada yang patut untuk dilakukan seorang wanita dan ada yang tidak. Maka yang demikian itu juga ditemukan pada orang laki-laki bahwasanya mereka ada yang pantas untuk melakukan politik dan ada yang tidak".
            Dan ketika dikatakan juga bahwa "Seorang wanita berhak menjadi saksi, kemudian kita datangkan beberapa syarat yang bisa mengugurkan wanita itu untuk menjadi saksi, dan akhirnya mereka pun tidak bisa menjadi saksi. Maka yang demikian itu juga ditemukan pada orang laki-laki bahwasanya mereka berhak menjadi saksi lalu ada beberapa syarat yang bisa menggugurkan mereka menjadi saksi, bahkan terkadang bisa menggugurkan semua laki-laki (dalam sebagian daerah) dan terkadang juga tidak memenuhi syarat dalam semua masalah tidak hanya masalah saksi.
Perlu diperhatikan bahwa masalah laki-laki atau wanita itu tidak berpengaruh dalam masalah pengguguran hak. Pendorong satu-satunya adalah sifat-sifat baru pada diri mereka yang bisa menghilangkan kepatutan mereka menjadi seorang untuk berpolitik atau menjadi saksi.
Perkataan orang yang mengaku sebagai pelindung hak wanita dan bahwa islam itu mendiskriminasi (mengurangi) hak wanita dan memandang rendah terhadap mereka, maka itu hanya menyampur antara satu hak untuk mereka berdua dengan sifat-sifat baru yang bisa membedakan keduanya, tanpa memikirkan bahwa perkataan itu juga memberi kesimpulan jika islam juga mendiskriminasi hak laki-laki dan memandang rendah terhadap mereka.
Argumentasi global ini hanya mendasar pada masalah yang sering diutarakan pada  wanita, dan masalah yang sering dibuat dalil yaitu islam tidak menyamakan hak laki-laki dan wanita, islam juga menutupi wanita dari hak sipil dan hanya memberikannya pada laki-laki bahkan mempermudah mereka dalam masalah sipil tersebut.
Kita akan menjelaskan bahwa gender yang diasumsikan oleh orang barat itu tidak mungkin diterapkan pada negara kita. Apabila gender ini diterapkan maka masyarakat akan hancur, jembatan penghubung dan penolong mereka akan hilang.
Sekarang kita tandaskan bahwa gender yang diberikan Allah atas dasar kepemilikan, kemampuan dan karakter yang berbeda itu diberikan kepada golongan laki-laki dan wanita dengan bagian yang sama. Ketika itu kita akan menyangka bahwa orang yang mengaku sebagai pelindung hak wanita akan mendapat masalah yang banyak menimbulkan perdebatan, masalah yang disangka mencela syari'at islam karena mereka mengatakan bahwa islam mengutamakan hak dan kewajiban laki-laki daripada perempuan. 
Jadi kita semua akan semakin yakin bahwa timbulnya masalah-masalah di atas hanya untuk menjelaskan perbedaan laki-laki dan wanita. Akan tetapi pendorong utama adalah sifat baru dan unsur-unsur luar yang baru bukannya masalah laki-laki dan perempuan itu sendiri.
                         


           Hak perempuan dalam bermasyarakat yaitu melakukan aktivitas-aktivitas yang baik untuk masyarakat, baik dari sisi diniyyah ataupun duniawiyyah.
           Andai saja seorang perempuan telah menetapi pada adab-adab yang diperintah oleh syara', maka kita tidak akan pernah mengetahui bahwa Syari' menetapkan adanya perbedaan antara laki-laki dan prempuan dalam aktivitas bermasyarakat yang berguna.
       Dan sudah diketahui bahwa masa sahabat merupakan termometer yang memberikan kita petunjuk syari'at tentang benar tidaknya ucapan kita, khususnya ketika masih dalam pengawasan Rasulullah, maka dari itu kita akan menampilkan macam-macam aktivitas pada masa Rasulullah dan juga bagian-bagian dari seorang perempuan :
1. Sholatnya seorang perempuan bersama laki-laki dalam satu masjid.
Ini merupakan aktivitas yang baik untuk masyarakat dari sisi agama dan dunia. Dengan bukti hadits shohih yang berbunyi : "      Rasulullah bersabda : "Ketika istri kalian minta izin untuk keluar ke masjid di malam hari, maka berilah izin kepada mereka". Dan hadits shohih yang diriwayatkan dari Aisyah  ra. Beliau berkata : " sesungguhnya Rasulullah ketika sholat shubuh para kaum wanita keluar dengan menutupi dirinya sehingga mereka tidak dikenali".
            Bahkan terkadang seorang prempuan itu mengajak anaknya ke masjid dan tak ada larangan apapun bagi mereka, buktinya disebutkan dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Rasulullah, beliau bersabda: "Ketika aku mengimami sholat dan aku berkehendak untuk memanjangkannya, tiba-tiba terdengarlah tangisan anak kecil, kemudian aku mempercepat sholatku karena takut menyusahkan ibunya".
            Dengan adanya hadits-hadits di atas maka kamu akan lebih yakin bahwa masjid itu tidak hanya digunakan untuk kaum laki-laki saja, sebagaimana yang difahami orang zaman sekarang.
            Dan sudah diketahui bahwa bertemunya seorang muslim yang berjama'ah di masjid itu merupakan sumber semangatnya masyarakat untuk melakukan macam-macam aktivitas, dan mungkin hal tersebut merupakan sebab - sebab yang tersimpan di balik hadits Rasulullah yang berupa : "Sholatnya seseorang dengan berjama'ah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan selisih 25 derajat
".

2. Pentingnya seorang perempuan dalam masalah ilmu.
            Pada masa Rasulullah seputar keilmuan, majlis ta'lim itu tidak dikhususkan untuk kaum laki-laki saja, tapi juga untuk kaum perempuan.
            Pada masa Rasulullah telah ditemukan seorang perempuan mengalahkan seorang laki-laki dalam masalah kepintaran bahkan dalam meriwayatkan hadits, mengajar dan menasihati, buktinya dalam hadits yang telah diriwayatkan Imam Bukhori dari Abi Sa'id Al-khudri yakni : "Seorang perempuan datang kepada Rasulullah dan berkata: " Ya Rasulullahalloh kaum laki-laki berangkat untuk  meriwayatkan hadits engkau, maka berilah kita (kaum perempuan) waktu untuk belajar bersama engkau wahai Rasulullah", lalu Rasulullah menjawab: "Berkumpullah pada waktu ini dan di tempat ini".
            Dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Abu Musa Al Asy'ari yang berupa : Datanglah Asma' binti Umais dan berkata : " Wahai Nabi Allah sesungguhnya Umar berkata : " Kita lebih dahulu hijrah dari pada kalian (Asma'), maka kitalah yang lebih berhak mengaji pada Rasulullah, lalu Nabi bertanya pada Asma' : "lalu kamu bilang apa pada dia ?", Asma' menjawab : " tidak demikian Umar, demi Allah sesungguhnya kalian (Umar Wa shohbih) hanya memberi makan pada orang yang kelaparan dan menasehati orang yang bodoh, sedangkan kita berada di daerah yang jauh dari tempat tinggal dan  tidak menyenangkan, dan semua itu semata-mata hanya karena Allah dan Rasulullah-Nya. Nabi bersabda pada Asma' : "yang lebih berhak denganku hanyalah kalian (Asma') dikarenakan Umar hanya hijroh satu kali (الى المديـــنة ) sedangkan kalian  hijroh dua kali الى المدينة و الى الحبشة ) ) Asma' berkata : " Abu Musa dan Ashabus safinah sering datang kepadaku menanyakan hadits ini". Di dunia ini tak ada sesuatu yang lebih berharga dari mereka selain hadits Nabi  
            Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari haditsnya Amir bin Syurohbil yakni : dia (Amir) bertanya pada Fathimah binti Qois : wahai Fatimah, ceritakanlah kepadaku tentang hadits yang kau dengar dari Rasulullah, kemudian Fathimah berkata : " jika kau memintanya maka aku akan melakukannya", Amir menjawab : "Ya  aku mau, ceritakanlah kepadaku, kemudian Fathimah menceritakan hadits panjang yang berupa : saya mendengar orang yang memanggil : الصلا ة جامعة  lalu saya keluar untuk sholat di masjid dan berada di  shof para wanita yang bertempat di belakang kaum, dan setelah Rasulullah selesai dari sholatnya beliau duduk di atas mimbar seraya tersenyum dan berkata :" Diamlah di tempat kalian, jangan pergi dulu, apakah kalian tahu kenapa aku mengumpulkan kalian?" , Shohabat menjawab : "Allah dan Rasulullah yang lebih tahu". Nabi berkata :" Aku tidak mengumpulkan kalian karena untuk memberi kabar bahagia atau menakut-nakuti kalian, akan tetapi karena Tamim Addari yaitu seorang laki-laki Nashroni datang kemudian membai'at dan masuk Islam lalu menceritakan sebuah hadits yang sesuai dengan hadits yang aku ceritakan tentang masihid dajjal".
            Dari hadits shahih ini kamu mengetahui sesuatu yang menunjukkan bahwa sesungguhnya seorang perempuan pada masa Rasulullah itu sama seperti orang laki-laki yang ikut dalam majlis-majlis ilmu, belajar, mengajar, menerima hadits dan meriwayatkannya. Semangat perempuan juga tidak kalah dengan semangat orang laki-laki dan semua itu karena mendapat dorongan yang kuat dari Rasulullah.

3. Seorang perempuan boleh datang dalam pertemuan umum dan pesta-pesta.
            Kebanyakan orang yang mendengar tentang adab Islam yang telah diwajibkan oleh Allah bagi kaum perempuan seperti hijab, membatasi percampuran antara laki-laki dan perempuan, dan tidak boleh berduaan antara laki-laki dan perempuan, Mereka membayangkan bahwasanya perempuan muslim pada masa Nabi itu hanya duduk dan diam di rumah saja, sedangkan perkumpulan umum hanya untuk laki-laki saja. Oleh karena itu jika orang yang membayangkan tadi termasuk orang yang mempunyai pendirian dan taat beragama maka kamu akan melihat mereka selalu melarang istri dan anaknya untuk mengikuti bermacam-macam perkumpulan, sedangkan jika orang yang membayangkan tadi dari kalangan orang-orang yang tidak berpegang dengan dasar-dasar agama maka kamu akan melihat bahwasanya mereka menganggap agama Islam itu menganiaya kaum wanita, sehingga mereka membiarkan anak dan istrinya tidak memperdulikan aturan yang sesuai dengan akal dan agama.
            Hanya saja sesuai dengan kenyataan yang ada, agama islam itu jauh sekali dari dua anggapan yang salah tadi.
            Buktinya seorang perempuan pada masa Nabi yang menaati adab-adab Islam mereka berkumpul dengan kaum lelaki pada hari-hari besar (keperluan) selama hal tadi masih dalam lingkupan syara' dan amal-amal yang bermanfaat walaupun itu hanya sebatas kesenangan.
            Diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim dari Sahal bin Sa'ad As-sa'idiy yang berupa: "Ketika Abu Asid As-sa'idiy menikah dan mengundang Rasulullah SAW serta sahabatnya, maka tidak ada yang memasak dan menyuguhkan makanannya kecuali istri Abu Asid sendiri (Ummu Asid)". Dan hadits ini telah dijelaskan dalam kitab Imam Bukhori yang berjudul : قيام المرأة على الرجال فى العرس وخدمتهم بالنفس .
            Saya (red : mushonnef) berpendapat : Sudah pasti semua itu diperbolehkan jika aman dari fitnah serta menggunakan hijab.
            Diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim dari Aisyah  r.a. : "Abi Bakar datang kepadaku dan di sisiku ada dua budak perempuan dari Anshor yang bernyanyi waktu perang bu'ats, dan mereka tidak ahli dalam bernyanyi (dengan menggunakan alat tubuh), lalu Abu Bakar berkata : "Apakah kalian menggunakan sulingan atau permainan syaitan di rumah Rasulullah waktu lebaran?. Kemudian Rasulullah menjawab : "Wahai  Abu Bakar sesungguhnya setiap kaum itu memiliki hari raya dan inilah hari raya kita.
            Diriwayatkan Imam Muslim dari Anas : "Sesungguhnya orang Faris yang menjadi tetangga Rasulullah itu pintar memasak, lalu memasak untuk Rasulullah dan mengundang Rasulullah untuk datang kerumahnya, kemudian Rasulullah bertanya : "Apakah Aisyah  tidak kau undang juga?", orang Faris menjawab : "Tidak", sampai dua kali, dan sampai pada pertanyaan yang ketiga akhirnya orang Faris tersebut menjawab iya. Kemudian Rasulullah dan Aisyah  saling dorong-dorongan untuk datang kerumah orang Faris tersebut.
            Dan mungkin lebih pantasnya hadits-hadits ini diberi ta'likan sebagaimana dalam kitab yang telah saya tulis yang berjudul : "(إلى كل فتاة تؤمن بالله)" untuk menafikan orang yang keterlaluan dalam memingit wanita dan orang yang terlalu ceroboh dalam membiarkan kaum wanita untuk tidak mempedulikan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh agama.
            Sesungguhnya hadits Aisyah  di atas hanya menunjukkan satu hal yaitu diperbolehkannya seorang perempuan pergi ke pesta tetangganya bersama suaminya, sebagaimana hadits-hadits lain yang menunjukkan bahwa diperbolehkannya seorang perempuan pergi ke masjid bersama suaminya, dan kunjungan para sahabat kepada Aisyah  ra. untuk meriwayatkan hadits, belajar, dan menanyakan tentang kehidupan Nabi. Apakah ada pertentangan di antara dalil-dalil tersebut dengan hukum ilahi yang mewajibkan hijab bagi seorang perempuan ketika berkumpul dengan seorang laki-laki?.
            Adapun sikap Nabi tidak mau datang ke tetangganya (orang Faris) kecuali mengajak Aisyah  itu merupakan sesuatu yang tidak boleh diisykali. Hal itu merupakan belas kasihan Nabi kepada istrinya sebab beberapa hari tidak ditemukan makanan di rumah Nabi kecuali air dan kurma. Maka dari itu Nabi tidak tega meninggalkan Aisyah  sedangkan beliau makan makanan yang enak. Pada waktu perang khondak Nabi dan para sahabatnya kelaparan sedangkan yang ada hanya kambing kecil, namun Nabi mengalah demi para sahabatnya, beliau malah melayani mereka dan beliau tidak tega memakan sebelum yakin bahwa para sahabat beliau telah kenyang,  hanya batulah yang mengganjal perut beliau.
            Adapun hadits Aisyah  menunjukkan bahwa beliau  pergi keluar tidak memakai hijab dan bercampur dengan kelarga-keluarga yang tidak menguasai agama itu adalah hal yang tidak mungkin.
            Tetapi tidak boleh ditunjukkan seperti di atas jika memang hijab sudah disyari'atkan, jika hijab ketika itu belum disyari'tkan maka tidak akan ada pengisykalan.
            Fahamilah! Sesungguhnya seorang perempuan boleh hadir bersama seorang laki-laki dalam peperangan untuk mengobati orang yang terluka, bahkan kalau waktu telah mendesak seorang perempuan boleh memerangi musuhnya.
            Dalam hadits shohih yang diriwayatkan Imam Muslim dari hadits Ummi Athiyyah : "Saya mengikuti perang Nabi sampai 7 kali dan saya yang memasakkannya".
            Dan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Sa'ad dengan sanad yang shohih : " Sesungguhnya dalam perang hunain Rasulullah melihat Ummi Sulaim bersama suaminya (Abi Thalhah) dan ia cerita kepada Rasulullah bahwa ia telah memerangi orang yang telah memerangi Rasulullah, dan ketika ia membawa pisau ia ditanya suaminya : "Untuk apa pisau itu?", Ummi Sulaim menjawab : "Ketika ada orang musyrik mendekatiku maka aku akan menusuknya".
            Imam hafidz dan Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul Bari : "Rofidah Al-aslamiyyah membuat kemah waktu perang khondak untuk mengobati orang yang sakit. Ketika Sa'ad terluka Nabi berkata : "Bawalah Sa'ad ke perkemahan Rofidah agar aku bisa menjenguknya kapan saja"

4. Seorang perempuan diperbolehkan melakukan kerajinan dan ketrampilan.
            Dalam Islam, ketrampilan dan kerajinan itu tidak diperuntukkan untuk orang laki-laki saja, tapi juga untuk seorang perempuan. Dalam hadits shohih Imam Bukhori dari Sahal bin Sa'ad r.a disebutkan: "datang seorang perempuan dengan membawa pakaian yang bercorak, dan ia berkata : aku membuat pakaian ini dengan usahaku sendiri dan akan ku berikan pada engkau, wahai Rasulullah". Kemudian datanglah seorang laki-laki dan meminta pakaian tersebut, lalu seketika itu Nabi memberikannya karena Nabi tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya.
            Imam Bukhori juga meriwayatkan dari hadits Jabir r.a : "sesungguhnya seorang perempuan bertanya kepada Rasulullah : ya Rasulallah, apakah engkau setuju jika aku membuatkan mimbar kepada engkau? Rasulullah menjawab : jika kau menghendaki buatkanlah!. pada suatu hari jum'at, Nabi khotbah di atas mimbar tesebut, lalu merintihlah papah kurma yang biasa digunakan Nabi berkhotbah".
            Diriwayatkan dari Ibnu Majah dan Ibnu Sa'ad : "Bahwa Zaenab (istri Abdulloh bin Mas'ud) mencari nafkah untuk suami dan anak-anaknya karena suaminya tidak bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan Zaenab bertanya pada Rasulullah : "siapa yang wajib menafkahi mereka ?" . Rasulullah menjawab : "beri mereka semua nafkah Zaenab, dan kau pasti mendapat pahalanya".
            Dan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Sa'ad : "Abdulloh bin Robi'ah mengirimkan minyak wangi dari Yaman kepada ibunya pada masa kholifah Umar bin Khottob, kemudian ibunya menjual kepada para pembeli dan ini sudah merupakan pekerjaannya".
            Ummu Syurek yang terkenal pada masa sahabat adalah panitia pertamuan, ketika orang muhajirin ataupun orang lain bertamu di rumahnya, dialah yang mengurus dengan sendirinya".
            Banyak sekali perempuan datang ke Madinah dengan membawa dagangan ketika sudah dijual dagangannya, hasilnya digunakan untuk membeli di pasar guna memenuhi kebutuhan keluarganya ataupun dibelikan lagi untuk dijual di daerahnya".
            Ibnu Hisyam dan Ibnu Sayyidinnas meriwayatkan tentang perempuan yang datang ke Madinah dengan membawa dagangan lalu ia menjual di pasar Bani Qoinuqo' setelah itu ia mampir di toko emas untuk membeli barang-barang, dan hal ini merupakan penyebab terusirnya orang Yahudi Bani Qoinuqo'".
            Ketika dilihat seperti kejadian di atas, maka agama Islam dalam kenyataannya menyamakan antara perempuan dan laki-laki dalam masalah ketrampilan dan bermasyarakat.
            Dari pemaparan di atas, pasti kita akan berpendapat bahwa syari'at Islam itu sama dengan peraturan orang barat. Tapi ketahuilah!! bahwa menyamakan Syari'at Islam dengan pendapat orang barat adalah hal yang salah dan akan menyakitkan syari'at Islam.
            Ada perbedaannya: kalau orang barat itu mendorong seorang perempuan untuk bekerja dengan keterpaksaan, karena itu seorang perempuan disuruh bekerja dengan jerih payahnya. Dia dipisahkan dengan anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhannya. ini berarti merendahkan seorang perempuan dalam bekerja.
            Kalau syari'at Islam itu mencukupi semua kebutuhan seorang perempuan, memudahkan dalam melakukan aktivitas-aktivitas dan pelayanan masyarakat. Seorang perempuan boleh memilih antara melakukan aktivitas atau tidak melakukannya, boleh memilih dalam pekerjaannya, boleh memilih dalam melayani masyarakat ataupun andil dalam memperbaiki masyarakat.
            Saya (red : Musonnif) bertanya kepada qori' di akhir pembahasan ini : apakah hal-hal di atas termasuk memperbarui Islam?
            Sesungguhnya para penulis dan para pembahas era sekarang, ada yang memiliki kefanatikan jahiliyah, orang tersebut menganggap bahwa Islam itu melewati batas, dan ia menggambarkan Islam dengan perkara yang tidak bisa diterima oleh akal dan tidak mengatur masalah rumah tangga. Janganlah kita memperdulikan pendapat tersebut.
            Saya (red : Musonnnif) bertanya kepada para pembaca : " dari keterangan di atas, apakah saya termasuk memperbarui Islam?. Menurutku, memperbarui Islam itu hanya memberi arti satu yaitu : mempermainkan dan berusaha untuk menghancurkan agama Islam.
            Orang yang selamat dari memperbarui Islam adalah orang yang mengembalikan Islam pada sumbernya dan menjadikan masa Rasulullah dan sahabat sebagai contoh untuk menjelaskan hakikat Islam, inilah kedudukan seorang perempuan yang telah saya (red : Mushonnif) jelaskan dalam bab ini.
            Setelah saya (red : Musonnif) menjelaskan hukum dengan nas-nas Al-Qur'an dan kenyataan dalam hadits, saya tidak pernah menerangkan kepada qori' kecuali cermin bening dari kehidupan Nabi sebagai panutan yang baik.
            Islam harus dikembalikan pada hakikatnya, bersih dari campuran dan harus dikembalikan pada Allah SWT. Inilah harapanku (red : mushonnif) dan orang yang mempunyai pikiran jernih.

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut ;
 Memulai perbaikan dari dalam
Hal ini sangat ditekankan sekali karena seorang pemimpin adalah tokoh panutan, terutama bagi rakyatnya. Tidak bijak dan tidak etis sama sekali jika seorang pemimpin hanya bisa memerintahkan ini itu dengan seenaknya sendiri, sedangkan ia sendiri atau keluarganya masih sering melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Ada baiknya jika kita menilik ke belakang, nun jauh sana di era daulah umayyah. Di sana kita akan mengetahui seorang pemimpin yang menerapkan poin ini dengan sangat baik. Dia adalah Umar bin Abdul Aziz. Salah satu kebijakan yang ia terapkan adalah memerintahkan anggota keluarganya dan para keluarga umayyah untuk mengembalikan harta yang bukan milik mereka yang hakikatnya adalah milik rakyat. Pernah suatu kali ia mengumpulkan sanak familinya untuk makan-makan, lantas mereka dibiarkan kelaparan tanpa makanan dalam jangka lama. Kemudian ia memberikan makanan sederhana, gandum, kurma. Setelah mereka melahap semua dan kenyang, baru ia menghidangkan kepada mereka makanan yang enak dan lezat. Namun mereka tidak bernafsu lagi. Lantas ia berkata: “kenapa kalian berani masuk neraka hanya dalam urusan makan minum ?.”
 Jujur tapi waspada
Merupakan keharusan bagi seorang mukmin untuk bersikap jujur, terutama orang yang diberi amanat untuk mengurusi rakyat. Namun juga jangan sampai terlena akan senyuman orang yang kita jumpai. Yakni sikap waspada juga perlu dimiliki. Umar bin alkhottob radliallahu anhu pernah berkata : “aku bukanlah penipu, tapi aku tidak bisa ditipu”. Beliau memang diberi firasat yang tajam. Sebagaimana yang dituturkan oleh Ibn Jawzy dalam kitab “al adzkiya’”, sayyidina Umar alfaruq saat duduk bersama para sahabat beliau melihat seseorang yang lewat didepannya. Lantas ia berkata : “firasatku mengatakan bahwa orang tersebut adalah dukun dan peramal, semoga saja firasatku tidak salah’. Beliau memanggil orang tadi dan menanyakan perihal dirinya dan ternyata memang benar ia adalah seorang dukun dan peramal.
 Memilih pembantu yang baik
Sebagai orang yang mempunyai beban yang sangat berat, seorang pemimpin memang harus memilih pembantu yang akan ia jadikan orang terdekatnya, sebagai tempat curhat dan meminta pertimbangan dalam urusan-urusannya, terlebih urusan rakyat.
Orang terbaik untuk dijadikan teman dekat sekaligus penasehat adalah ulama yang baik. Contoh dari pemimpin terdahulu adalah kholifah Harun arrosyid dari daulah Abbasiyyah. Suatu hari ia ingin menemui ulama untuk mendengar nasehat dari mereka. Diantara ulama yang ia temui adalah Al fudloil bin Iyadl. Ia masuk ke rumah Al Fudloil sebagai seorang murid yang hendak sowan ke rumah gurunya. Harun arrosyid suatu kali pernah didatangi oleh syeh Ibn Sammak, dan saat ia mengambil kendi yang berisi air untuk ia minum, syeh Ibn Sammak tadi mencegahnya seraya berkata : “baginda, andai baginda tidak diperbolehkan minum air itu, maka dengan apa baginda akan membelinya?” Harun arrosyid menjawab : “ aku akan membelinya dengan setengah kerajaanku.” Dan setelah ia meminumnya, syeh Ibn Sammak tadi berkata lagi: “wahai baginda, seandainya apa yang anda minum tadi tidak bisa keluar dari tubuh anda, maka apakah yang akan anda serahkan?’. Harun pun menjawab dengan jawaban yang sama. Lantas syeh Ibn Sammak meneruskan nasehatnya; “baginda, sungguh kekuasaan yang harganya Cuma seceguk minuman dan air kencing alangkah baiknya kalau tidak diperebutkan”.lalu Harun arrosyid menangis dengat sangat.
Setiap orang mempunyai dua pendamping, ada yang menyuruhnya pada kebaikan dan ada yang menyuruhnya keburukan, sebagaimana dalam hadits nabawy berikut:
وَفِي صَحِيح الْبُخَارِيّ عَنْ أَبِي سَعِيد عَنْ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " مَا اِسْتَخْلَفَ اللَّه خَلِيفَة إِلَّا كَانَ لَهُ بِطَانَتَانِ : بِطَانَة تَأْمُرهُ بِالْخَيْرِ , وَتَحُضّهُ عَلَيْهِ , وَبِطَانَة تَأْمُرهُ بِالشَّرِّ , وَتَحُضّهُ عَلَيْهِ , وَالْمَعْصُوم مَنْ عَصَمَ اللَّه "
Artinya: “Allah tidak mengangkat seorang pemimpin kecuali ia akan didampingi dua pendamping; ada yang menyuruhnya berbuat kebaikan dan ada yang menyuruhnya berbuat keburukan. Hanya orang yang dijaga Allah lah yang akan selamat”.
 Tegas dalam memberantas kemungkaran
Dalam sejarah pemerintahan kholifah rosyidin, kita menemukan tindakan tegas dalam memberantas kemungkaran. Yaitu saat sayyidina Umar Ibn khottob mengetahui bahwa ada jual beli minuman keras di sebuah desa. Lantas beliau memerintah untuk membakar desa tersebut. Mungkin ini salah satu hal yang menyebabkan syetan menjauh dari jalan yang beliau lewati, sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu alaihi wasaallam.
 Berpijak pada akidah yang benar
Dulu Sholahuddin al ayyubi sebelum berhasil membebaskan AlQuds(masjid al Aqsho) ia terlebih dahulu membersihkan daerah kekuasaan Islam dari syiah. Kala itu di Mesir terdapat daulah fathimiyyah yang bermadzhab syiah. Lantas oleh Sholahuddin dihancurkan. Mungkin di Indonesia paham-paham yang layak untuk diberantas adalah liberal, syiah dan wahhabi.

 Selalu mengharap kepada Allah
Tidak dipungkiri bahwa kekuatan ruhiyah mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun atau menjaga suatu negara. Salah satu hal yang dilakukan oleh nabi Muhammad pada malam perang badr, beliau tidak henti-hentinya memohon kepada Allah, bersimpuh dengan penuh penghambaan kepadaNya. Begitu juga apa yang dilakukan oleh Muhammad al fatih sang penakluk Konstantinopel saat melawan romawi. Diceritakan pada suatu malam pembantunya masuk ke baraknya, ia dikagetkan dengan menemukan tuannya menaruh dahinya di tanah tanpa alas apapun. Ia melakukannya dalam tempo yang lama.
 Menjaga dan membangun syiar Islam
Salah satu hal yang perlu diketengahkan disini adalah bahwa pentingnya sebuah identitas. Logo atau simbol merupakan salah satu cara menunjukkan sebuah identitas dan ciri khas sesuatu. simbol dalam Islam lebih disering disebut dengan syiar. Allah sendiri telah memerintahkan nabi Ibrohim alaihis salam untuk membangun sebuah simbol agung atas ketauhidan Allah yaitu ka’bah di Mekkah. Demikian halnya sikap kita terhadap syiar-syiar islam yang lain semisal masjid, pondok pesantren dam buku-buku agama. Untuk pemerintah sekarang dapat melakukan poin ini dengan membantu pembangunan masjid, madrasah atau pondok pesantren. Tentu semua itu dengan pengawasan orang ahli mengenai kepantasan suatu masjid atau madrasah tersebut untuk menjadi penerima bantuan. Bentuk lain dari penjagaan terhadap syiar Islam adalah dengan mempermudah jamaah haji untuk melakukan ibadah haji dengan segala tetek bengeknya. []


(Wasiat pendiri khilafah utsmaniyyah “Utsman Artoghrul” kepada anaknya “Urukhan”)

Wahai anakku, janganlah engkau menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah Tuhan semesta alam, dan jika engkau dihadapkan pada suatu permasalahan yang pelik maka mintalah petunjuk pada para ulama.
Wahai anakku, hormatilah orang yang taat padamu, berilah kesejahteraan pada perajurit, jangan sampai engkau ditipu syetan dengan tentara dan hartamu, dan janganlah engkau menjauh dari ulama syariah.
Wahai anakku, sungguh engkau telah mengetahui bahwa tujuan kita adalah mencapai ridlo Allah, dan dengan berjihad cahaya agama kita akan menyebar ke seluruh penjuru dunia, maka timbullah ridloNya.
Wahai anakku, kita ini bukan termasuk orang-orang yang mengobarkan perang dengan tujuan menguasai kebijakan atau menguasai individu, hidup dan mati kita adalah demi islam. Dan inilah wahai anakku apa yang pantas untukmu.

Dalam riwayat lain sebagai berikut :
Ketahuilah wahai anakku, sesungguhnya menyebarkan islam, mengajak manusia padanya dan menjaga harga diri serta harta orang muslim merupakan amanat di pundakmu yang akan dimintai pertanggung jawabannya besok.
Dalam buku “penderitaan keturunan Utsman” terdapat redaksi berbeda mengenai wasiat Utsman kepada anaknya Urukhan :
Wahai anakku, aku akan kembali kepada Tuhanku dan aku sangat bangga terhadapmu dengan (harapan) engkau bersikap adil terhadap rakyat dan berjihad di jalan Allah untuk menyebarkan Islam.
Wahai anakku, aku berpesan padamu tentang ulama, jagalah mereka baik-baik, hormati mereka dan ikutilah petunjuk mereka karena mereka tidak memerintahkan kecuali hal yang baik.
Wahai anakku, jangan sekali-kali engkau berbuat sesuatu yang tidak Allah ridloi, dan jika engkau menghadapi suatu kesulitan maka bertanyalah pada ulama syariah karena mereka menunjukkan kepada kebaikan.
Dan ketahuilah wahai anakku bahwa jalan kita satu-satunya di dunia ini adalah jalan Allah dan tujuan kita satu-satunya adalah menyebarkan agama islam. Dan kita bukanlah orang-orang yang memburu pangkat dan dunia.
Dalam buku “sejarah utsmani” berwarna ada beberapa redaksi wasiat Utsman pada anaknya :
Pesanku pada anak-anakku dan teman-temanku : Jagalah keagungan agama Islam yang mulia ini dengan selalu melakukan jihad di jalan Allah, junjung tinggi panji islam dengan jihad yang sempurna, bekerjalah untuk Islam selalu, sebab Allah telah menugaskan seorang hamba yang lemah sepertiku untuk membuka negeri-negeri . Pergilah kalian dengan membawa kalimat tauhid ke ujung dunia dengan berjihad di jalan Allah, dan siapa saja dari keturunanku yang menyimpang dari kebenaran dan keadilan, ia tidak akan mendapat syafaat nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kelak di hari mahsyar.
Wahai anakku, tidak seorangpun di dunia ini yang bisa menghindar dari kematian, dan ajalku pun telah tiba, aku serahkan negeri ini padamu dan aku titipkan dirimu pada Tuhan. Berbuat adil-lah engkau dalam segala urusanmu.
الفكرة فكرتان فكرة تصديق وإيمان وفكرة شهود وعيان

فالأولى لأرباب الاعتبار والثانية لأرباب الشهود والاستبصار

"Fikiran dibagi menjadi dua, fikiran yang timbul dari tashdiq dan iman, dan fikiran yang tumbuh dari menyaksikan Allah dan membuktikan wujudNya, yang pertama buat orang-orang yang mempunyai pertimbangan sedangkan yang kedua bagi orang-orang yang mempunyai persaksian kepada Allah dan penglihatan dengan menggunakan hati".


A. Penjelasan.

Dalam hikmah ini, Ibnu Athoillah menerangkan tentang perjalanan orang-orang yang ingin taqorub (mendekatkan diri) kepada Allah subhanahu wata'ala. Perjalanan tersebut dibagi menjadi dua, salikun dan madzdub.

Salikun ialah orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala dengan cara berangan-angan tentang ciptaanNya dan berusaha untuk bias mendekatkan diri kepadaNya. Jika keadaan ini diteruskan, maka akan menemukan atsar pada dirinya tentang tafakur tersebut, dan mereka bias sampai pada derajat ma'rifat kepada Allah.

Madzdub ialah orang-orang yang telah diberi keanugerahan oleh Allah yang tidak bias dimiliki orang banyak. Mereka bias melihat langsung kepadaNya melalui mata hati yang dimilikinya, dan bias menyaksikan kepadaNya tanpa memikirkan ciptaanNya secara mendalam, terkadang keadaan mereka bisa melupakan pekerjaan yang berhubungan dengan duniawi.

Allah memberikan keterbukaan dalam hati orang yang madzdub tanpa berfikir atau berangan-angan dahulu. Keadaan ini bias memberikan kepada hati mereka kesenangan tentang sang pencipta dan tahu tentangNya. Tetapi madzdub dan salikun sama-sama diturunkan ke Alam dunia ini, yang akhirnya mereka akan mendapatkan derajat yang sama dihadapan Allah dengan perjalanan yang berbeda.

B. Perjalanan salikun dan madzdub.

Alam semesta merupakan tempat berteduh bagi makhluq Allah, baik yang berada di lur angkasa maupun di dunia ini, dan disana pulalah makhluq tersebut bisa mencari rezeqi untuk kehidupannya. Disamping itu dialam tersebut antara makhluq yang satu dengan lainnya ada saling membutuhkan. Ini semua bertujuan untuk saling membantu dalam segi apapun terutama bagi manuisa.

Hal ini menjadikan sebuah pekerjaan bagi seorang hamba Allah untuk bisa tambah imannya jika dia mau berangan-angan atas ciptaan Allah subhanahu wata'ala seperti diatas, karena dalam ciptaan tersebut mengandung kekuasaan Nya. Dan akan terbuka juga sifat-sifat yang wajib diketahui oleh makhluqNYa.

Jika seorang hamba sudah melaksanakan seperti ini, maka akan bertambah keimanannya dan mempunyai kemantapan pada hatinya tentang wajud Allah san sifat-sifatNya. Ini merupakan perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Dengan metode seperti ini, Ibnu Atho'illah memberikan nama terhadap hamba tersebut dengan sebutan salikun.

Sedangkan madzdub, tanpa berangan-angan terhadap ciptaan Allah subhanahu wata'ala, langsung bisa menyaksikan Nya dalam hati dan senang tentang Nya. Ini semua merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hambaNya, karena dalam diri hamba tersebut tidak mempunyai rasa takabur (sombong) kepadaNya. Dalam hal ini, dia mendapatkan derajat disisi Allah dengan sebutan Wahdatussyuhud.

Dia melakukan ma'siat atau sesuatu yang bias dibenci Allah, bukan karena menantang perintahNya. Tetapi kelemahan dan ketidak kuasaan untuk meninggalkan ma'siat yang dilakukannya, dan akhirnya dia akan mengembalikan semuanya kepada sang kholiq. Ini adalah perjalanan seorang madzdub yang telah dipilih oleh Allah untuk bisa dekat dengan Nya.

Keadaan seperti ini, akan menimbulkan kedengkian pada seorang hamba yang tidak diberi oleh sang kholiq tentang perjalanan yang kedua. Tetapi jika hamba tersebut banyak bertafakur tentang keadaan tersebut, maka dia akan mengetahui tentang tujuan Allah yang sebenarnya. Hal itu akan tumbuh pada dirinya dengan mengetahui bahwasanya semua budi pekerti yang dimiliki manusia adalah haq progresif Nya, Sedangkan manusia tidak akan bias menetang Nya, walaupun dengan kekutaan yang sangat penuh.

Seorang hamba yang masih manjalankan pada tingkatan pertama tidak boleh meniru seorang hamba yang sudah masuk pada tingkatan kedua, karena dia tidak akan mampu untuk mengikuti jejak hamba tersebut, dan juga merupakan anugerah Allah yang telah diberikan kepadanya.

Kalau dipandang secara kebiasaan yang sering dilakukan oleh makhluq Allah tersebut, maka kebanyakan dari mereka tidak akan menerima tentang keadaan seorang hamba yang diberi keanugerahan oleh Allah seperti diatas. Karena hal tersebut diluar jangkauannya.

Mu'jizat adalah salah satu contoh dalam pembahsan ini. Disamping itu karomah dan ma'unah yang diberikan kepada kekasih Allah untuk meneguhkan hati seseorang yang tidak tahu tentang kekuasaan Nya.

C. Dalil

a. Firman Allah

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) (البقرة2/26)

Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (Q.S. Al-Baqoroh : 26).

Lalat, semut, tinggi (red. jawa) dan binatang yang paling kecil merupakan tanda kekuasaan Allah. Dan tidak akan ada seorangpun yang bias membuat hewan yang diciptakan-Nya. Ayat ini menunjukan kekuasaanNya.

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (13) ( الشورى42/13)

Artinya : "Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S. As-Syura' : 13).

Kebiasaan yang dilakukan seorang hamba merupakan suatu yang lazim dan tidak asing dikalangan orang lain, tetapi terkadang Allah menjadikan seseorang berbeda dari kebiasaannya. Hal ini menunjukan segala sesuatu adalah milik Allah, dan Allahlah yang berhak memilih dan berkehendak, seperti ayat disini.

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (4) (الجمعة 62/4)

Artinya : "Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar". (Q.S.Al-Jum'ah : 4).

Ayat ini menunjukan, segala sesuatu yang dimiliki oleh seorang hamba baik dari segi kemuliaan, ilmu yang bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

D. Aplikasi

Allah menjadikan makhluq didunia ini bermacam-macam dari segi bentuk, sifat, ataupun bahasa. Hal ini yang menjadikan Dia menyuruh kepada hambaNya untuk banyak bertafakur atas ciptaanNya, supaya bias meningkatkan iman kepadaNya.

Seperti semut kecil atau tinggi (red. Jawa) Allah menjadikan binatang tersebut bisa menggigit manusia, dan hal tersebut merupakan rezeqi yang dimilikinya. Tetapi Allah menjadikan hikmah dibalik semua itu, gigitan binatang tersebut bisa menegluarkan darah kotor dari jasad manusia.

Nyamuk juga merupakan makhluq yang mempunyai hikmah dibalik ciptaanNya, padahal binatang tersebut dipandang secara dlohir, gigitannya sangat membahayakan manusia karena dengan gigitan tersebut telah membawa penyakit yang dinamakan dengan demam berdarah.

Tetapi Allah menjadikannya hikmah pada binatang tersebut. Jika tidak ada nyamuk yang berkeliaran disekililing menusia, maka sebagian makhluq Allah yang mempunyai aqal tersebut akan kesulitan dalam mencari ekonomi untuk kehidupannya.

Di karenakan nyamuk yang selalu menggit manusia, perlu ada pembasmi yang bias menghancurkannya. Sedangkan pembasmi tersebut perlu pengolahan yang memerlukan biaya yang akan dijual belikan dipasaran untuk kemaslahatan manusia. Ini merupakan berkah dari nyamuk yang diciptakanNya.

Disamping itu juga, Allah menjadikan pada bintang yang bertaring tersebut, sebuah senjata yang bisa menghirup bau manusia untuk digigitnya walaupun jarak yang ditempuh sangat jauh, dan dia tahu tentang mana yang perlu disuntik atau digigit dan tidak.

Tetapi hal ini, akan berbeda dengan orang yang sedang memperbaiki jam, dia akan kesulitan dalam memperbaiki jam yang kecil dibandingkan dengan jam yang besar, karena unsur-unsur yang ada dijam kecil tersebut sangan sulit sekali untuk dilihat dan diterpkan, berbeda dengan jam yang besar.

Semua ini merupakan kekuasaan Allah subhanahu wata'ala yang tidak akan bisa di tiru oleh manusia ataupun makhluq lain, karena semua itu merupakan makhluq yang diciptakanNya. Sedangkan segala sesuatu yang diciptakan Nya akan kesuliatan untuk bisa menirukannya.

Dalam pembahsan diatas, Ibnu Atho'illah menerangkan tentang orang yang langsung bisa syuhud (menyaksikan Allah dalam hati) atau bisa disebut dengan madzdub. Banyak sekali kejadian yang bisa menimbulkan heran pada diri manusia. Dan hal itu merupakan kejadian yang berada diluar kebiasaan mereka.

Seperti keadaan di pondok pesantern yang diprioritaskan untuk mencari ilmu syari'at. Kebanyakan dari mereka setelah menyelesaikan belajarnya dari tempat ini akan mendapatkan gelara seorang tokoh agama atau bisa dikatakan dengan nama kiyai (red. jawa). Jika orang tersebut bersungguh-sungguh dalam belajar ditempat tersebut.

Tetapi kejadian tersebut akan menjadi heran. Jika salah satu dari mereka mendapatkan gelar seperti diatas kelak dirumah, keheranan tersebut terjadi atas orang yang belajar tetapi tidak dengan sungguh-sungguh atau sama sekali tidak pernah belajar.

Semua ini tidak bias diprediksi oleh siapapun dan tidak boleh membuat hukum sendiri yang bisa mengakibatkan su'u dzon (berburuk sangka) kepada Allah. Dan ini merupakan kehendak Allah yang tidak bisa dibantah oleh siapappun. Dibalik semua itu ada tujuan yang bisa membangkitkan seorang hamba untuk bias mendekatkan diri kepada Allah, dengan selalu menetap di pondok tidak cepat mukim yang nantinya akan selalu berhubungan dengan masyarakat dan hal ini pasti akan membutuhkan obat yang bias diaplikasikan kedalam hati.

E. Bukti sejarah.

Waliyullah (kekasih Allah) mempunyai perjalanan yang sangat panjang dalam mencari jati dirinya untuk bias dekat dan menyaksikan-Nya dalam hati. Sebagian dari mereka, ada yang diberi langsung oleh Allah bisa syuhud (menyaksikan dalam hati) kepada-Nya. Dan juga ada yang melalui tafakur kepada-Nya, kemudian Allah memberikan keterbukaan dalam hati- Nya untuk bisa syuhud kepada -Nya.

Fudail bin iyad adalah salah satu dari kekasih Allah dengan melalui perantara kedua. Beliau bisa menjadi kekasih-Nya karena telah mendengar ayat yang menerangkan tentang perintah untuk berhenti menjalankan maksiat kepada Allah. Hal ini juga terjadi kepada Abdullah bin Mubarok.

Maksiat yang telah dilakukan oleh para kekasih Allah seperti diatas merupakan maksiat yang bukan karena sombong terhadap Allah. Akan tetapi maksiat tersebut yang bisa menyebabkan dekat dengan Allah. Disamping itu Allah juga memberikan kekayaan yang melimpah kepada orang yang durhaka dan sombong, yang akhirnya Allah memilih orang tersebut menjadikan kekasih-Nya.

Misalnya Bisyr bin Harist, Hal ini terjadi ketika ada orang yang sedang berbincang-bincang membicarakan tentang masalahnya didepan rumahnya, salah satu dari mereka berkata: siapakah orang yang mempunyai rumah ini, apakah seorang budak atau orang yang benar-benar kaya. Kemudian salah satunya lagi menjawab: kamu tidak tahu, dia adalah orang yang paling kaya tidak ada yang menyaingi, lihatlah rumahnya, kendaraannnya, dan lain-lain merupakan bukti kekayaannya.

Akhirnya pertanyaannya seorang hamba sampai pada Bisyr bin Harist orang yang paling kaya, setelah mendengarkan pertanyaan tersebut beliau langsung sadar atas kekayaan yang dimilikinya dan keangkuhan terhadap orang lain. Karena perkataan seorang hamba yang diuraikan dengan pertanyaan tersebut membuat dia bisa berfikir.

Manusia diciptakan oleh Allah tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, dan menjadi hamba-Nya. Kekayaan, kehormatan dan kemuliaan merupakan pemberian dari Allah SWT. Oleh karena itu tidak layak , jika seorang hamba memiliki berbudi pekerti sombong, angkuh, dan kikir terhadap orang lain. Karena berbudi pekerti sombong, angkuh dan kikir itu tidak disenangi Allah Swt, Setelah beliau berangan-angan tentang hal tersebut, semua harta yang dimilikinya ditinggalkan dan akhirnya beliau menjadi orang yang zuhud, tidak lama kemudian beliau menjadi kekasih Allah SWT.
الفكرة سراج القلب فإذا ذهبت فلا إضاءة له


"Pikiran merupakan lampu hati, ketika hilang pikiran tersebut, maka tidak ada penerangan baginya".


A. Penjelasan


Memikirkan sesuatu yang bisa menerangi hati dan aqal merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Dan ketika hilang memikirkan hal tersebut, maka aqalnya tidak ada penerangan sama sekali. Dalam hikmah ini yang dimaksud dengan kata Al-Qolbu ialah Al-‘Aqlu.

Yang menjadi kesemangatan pada diri seorang hamba untuk berangan-angan dan bertafakur terhadap sesuatu apapun bukanlah aqal, tetapi kesungguhan nya. Dan yang membangkitkannya yaitu penemuan terhadap sesuatu yang dia lihat.

Begitu juga dengan penggunaan nikmat yang telah diberikan Allah subhanahu wata'ala berupa aqal, yang digunakan untuk memikirkan nikmat yang dirasakan seorang hamba. Disamping itu alam yang bermacam-macam juga merupakan bahan untuk menjadi tafakur seorang hamba, tujuan dari tafakur ini ialah untuk bisa whusul (sampai) kepada Allah subhanahu wata'ala. Sedangkan alat untuk berfikir ialah aqal, yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya tidak kepada makhluq selainnya.

B. Perumpamaan

Dalam hikmah ini, Ibnu Atho'illah memberikan perumpamaan dengan seseorang yang sedang berada di dalam kamar dengan keadaan gelap, dikarenakan tidak ada lampu yang menerangi kamar tersebut, sama halnya, otak seorang hamba tidak akan berfungsi kecuali diterangkan dengan bertafakur terhadap ciptaan Allah subhanahu wata'ala.

Ada dua cara untuk memahami hubungan antara fikiran dan aqal.

1. Jadikanlah aqal tersebut sebuah lampu untuk berfikir. Karena berfikir tentang alam semesta membutuhkan sebuah lampu untuk bias menerangkan hatinya yaitu aqal.

2. Jadikanlah fikiran tersebut sebuah lampu untuk aqal. Jika diibaratkan aqal sebuah pedang atau alat dan bayangan yang menunjukannnya terhadap gerakan ialah fikiran.

Sesungguhnya aqal merupakan alat yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk selalu tunduk kepada menusia. Dengan tujuan, supaya dia menggunakannya untuk bias mencapai pada tingkatan yang lebih tinggi yatiu ma'rifat. Tetapi cahaya yang keluar dari tingkatan itu tidak akan bias bersinar kecuali dengan bergerak dan amal. Hal itu bias dilakukan dengan adanya tafakur dan berangan-angan.

C. Akibat tidak bertafakur

Di dunia ini banyak sekali orang-orang yang pinter tetatipi tidak digunakan dalam hal untuk memikirkan ciptaan dan sang pencipta, terutama orang barat, yang selalu mengedepaankan realita dibandingkan dengan sesuatu yang tidak bias dilihat, sedangkan Allah subnahau wata'ala adalah Dzat yang go'ib, dan kita sebagai seorang yang beragama islam wajib untuk beriman kepada alam gho'ib.

Hal ini terjadi pada ilmuwan barat, yang tidak menggunakan aqalnya untuk bertafakur terhadap ciptaan Allah secara mendalam yang akhirnya akan mengetahui sang pencipta. Tetapi berhenti pada titik temu yang dicarinya. Adapun tentang wujudnya sang pencipta dia tidak menghiraukan. Hal ini dilandaskan rasa malas yang dialaminya. Sedangkan jalan tersebut merupakan pekerjaan yang tercela dan pemikiran yang menyesatkan.

D. Dalil

a. Firman Allah dalam surat Al-‘Arof ayat : 179

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الأعراف : 7/179)

Artinya : "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai". (Q.S. Al-‘Arof : 179)

Ilmuwan barat merupakan orang yang suka meneliti tentang alam yang diciptakan Allah, tetapi penelitian tersebut tidak bisa menjadikannya iman kepada-Nya, karena dia hanya mengandalkan keilmiyahannya saja.
الفكرة سير القلب و ميادين الاغيار



"Berfikir merupakan perjalanan hati dan lapangan selain Allah (makhluq Allah)".

A. Penjelasan.


Yang dimaksud dengan Al-Aghyar disini ialah segala sesuatu selain Allah, dalam kata lain yaitu makhluq Allah. Kata tersebut terkadang diungkapkan dengan bentuk mufrod yaitu ghoir karena dipandang dari jenis berupa makhluq Allah, tidak memandang anwa'nya (macam-macam). Dalam hal ini, akan menimbulkan sebuah pertanyaan. Kenapa dalam hikmah ini, Ibnu Atho'illah memakai ‘ibarat Al-Aghyar yang berupa jama' bukan menggunakan mufrodnya?

Semua ini karena memandang dari nau'nya. Menurut aqal, memandang selain Allah itu akan terfokus hanya pada satu yaitu makhluqNya, akan tetapi kalau melihat isinya maka akan terlihat juga macam-macam dari makhluk tersebut seperti nikmat, laut, langit, bumi dan sebagainya. Maka dari itu Ibnu Atho'illah meng'ibaratkan pada hikmah ini dengan lafadz jama'. Berfikir tentang makhluq Allah membuthkan pemikiran yang positif ialah menjalankan hati melalui pemikiran tentang ciptaan Allah, dan berfikir tentang keadaan sekitarnya.

B. Macam-macam tafakur dan perbedaannya.

Tafakur merupakan perantara untuk bisa wushul (sampai) kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan berfikir tentang ciptaan atau makhluq Nya. Akan tetapi dalam bertafakur, Allah memberikan dua macam cara untuk melakukannya yaitu dengan bertafakur secara mutlaq atau secara muqoyyad sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an tentang masalah tersebut.

Dalam hal ini, tafakur dibagi menjadi dua, tafakur mutlaq dan tafakur muqoyyad. Ibnu Atho'illah membedakan antara kedua tafakur tersebut, karena disesuaikan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an. Tafakur mutlaq ialah memikirkan tentang ciptaan Allah tanpa ada pembatas. Hal ini dikarenakan perintah Allah dalam Al-Qur'an dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang lazim, sehingga dalam permasalahan disini bisa dikatakan tafakur yang tidak membutuhkan maf'ul (obyek).

Tafakur muqoyyad ialah memikirkan sesuatu yang ada di alam semesta ini, tetapi pemikiran tersebut diberi batas-batas oleh Allah sesuai dengan firmanNya, dan Al-qur'an menyebutkannya dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang muta'adi. Hal ini obyek sangat berperan sekali dalam menentukan sesuatu yang akan dijadikan sebuah tafakur oleh seorang hamba.

C. Kenapa bertafakur harus terhadap makhluq Allah tidak terhadapNya. ?

Alam semesta dan isinya bahkan alam ghoib (tidak kelihatan) merupakan ciptaan Allah. Seluruh makhluq hidup yang ada di alam semesta ini menyukai ciptaanNya.Dan ini merupakan dari kekuasaan, keesaan dan keagunganNya. Dengan adanya seperti ini, maka mereka akan senang jika bisa mengetahui sang penciptaNya.

Dalam permasalahan ini akan timbul pertanyaan seperti diatas. Kenapa bertafakur harus terhadap makhluq Allah tidak terhadapNya, sedangkan bertafakur kepada selain Allah akan menyebabkan sibuk kepada selainNya?

Bertafakur tentang Dzat Allah merupakan hal yang mustahil, Karena aqal manusia tidak akan mampu untuk memikirkanNya, sebab aqal tersebut diciptakan olehNya dan ada batasnya, bahkan bisa terjerumus pada kekafiran. Hal ini akan menjadikan kebingungan bagi orang yang memikirkanNya.

Maka dari itu, ketika ada orang yang bertanya tentang Allah. Apakah Allah itu pendek, tinggi, laki-laki, perempuan, atau banci ? sedangkan Allah bukan merupakan Dzat yang sebagaimana ditanyakan dan dalil yang menunjukan hal ini tidak ada.

Ketidakmampuan mereka terhadap memikirkan Allah subhanahu wata'ala, kerena kemampun manusia untuk berfikir sesuatu yang bisa dilihat dan diindra terbatas. Disamping itu, Dia berbeda dengan makhluq yang diciptakanNya, sama halnya dengan orang yang pekerjaannya membuat kursi, meja, lemari dan lainnya, maka hal tersebut yang dia kerjakan tidak akan sama dengan dirinya dari segi bentuk atau sifat-sifatnya.

Begitu juga dengan rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam. Ketika orang quraisyi ‘arab bertanya kepadanya tentang Allah, karena mereka penasaran terhadap tuhan yang disembah rasulallha shalallahu ‘alaihi wasalam, maka beliau menjawabnya dengan sifat-sifat Allah yang sudah tertera didalam Al-Qur'an.

Padahal mereka menanyakan tentang Dzat Allah yang sudah lama menjadikan penasaran begi nya, karena mereka menyembah tuhan yang sudah diketahui bentuk dan sifat nya. Tetapi rasulalah shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab dangan sifat-siafatNya, supaya manusia bertafakur terhadap sifat-sifat Allah atau ciptaan Nya.

D. Aplikasi

Allah Dalam menciptakan alam semesta dan isinya, banyak sekali yang bisa dijadikan bahan pemikiran bagi seorang hamba yang sedang mempertebal imannya, seperti halnya amal yang sering kita kerjakan yaitu tho'at. Tho'at merupakan ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Dengan melalui hal tersebut, kita bisa bermunajat kepadaNya. Shalat, puasa, zakat dan perintah-perintah lainnya, merupakan bentuk ketaatan terhadapNya dengan dibarengi sifat roja', khouf, dan tawadlu'. Hal ini, ketika diangan-angan maka akan timbul rasa mengharapkan ridhonya.

Begitu juga, dengan maksiat yang telah dikerjakan oleh seorang hamba. Jika dia memikirkan apa yang di kerjakannya,bahwa hal itu akan menjerumuskannya kedalam murka Allah dan membuat hidupnya tidak nyaman. Maka akan timbul pada dirinya rasa atau sifat seperti yang sudah diterangkan diatas. Hal ini masuk pada perkataan Ibnu ‘Athoillah dengan ‘ibarot mayadiinul aghyar.

Disamping itu, siksa Allah kelak diakhirat juga merupakan pemikiran bagi hambaNya, karena dengan adanya siksa tersebut akan menimbulkan prasangka pada dirinya tentang masuk surga atau neraka. Ketika kamu banyak memikirkan hal seperti ini, maka kamu akan mendapatkan rasa khouf terhadap Allah subhanahu wata'ala yang bisa mengakibatkan dekat dengan Nya. Langit dan bumi, juga menjadi sebuah tafakur bagi hamba Nya, karena hal itu bisa menjadikan nya ingat atas sang pencipta.

Semua ini sebagai pelantara untuk mengetahui wujud (ada) Allah secara hakikat, seperti yang sudah diterangkan pada hikmah sebelumnya, karena rasa ingin mengetahui Allah dengan melalui DzatNya, akan mengalami kebingungan bahkan stress. Sebab dalam permasalahan ini ada unsur daur (mengelilingi tidak ada ujungnya).

E. Dalil

a. Allah subhanahu wata'ala, menyuruh kepada hambaNya untuk berfikir atau tafakur terhadap ciptaanNya yang tidak dibatasi, hal ini bias dinamakan dengan tafakur mutlaq, sebagaimana firman Allah dalam surat yunus ayat 24.

كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (يونس : 10/ 24)

Artinya : "Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir". (Q.S. Yunus : 24).

b. Firman Allah dalam surat Al-Imron : 191

وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (ال عمران :3/ 191)

Artinya : "Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi". (Q.S. Al-Imron : 191).

Ayat ini menunjukan bahwasanya tafakur, selain mutlaq juga ada yang muqoyyid yaitu bertafakur terhadap ciptaan Allah dengan adanya pembatas seperti ayat di atas. Dan fi'il yang digunakan berupa muta'adi.

c. Pahala bertafakur lebih baik dari pada melaksanakan ibadah malam hari seperti perkataan syaikh Hasan bishri.

تفكر ساعة خير من قيام ليلة

Artinya : "Bertafakur satu jam lebih baik daripada mendirikan shalat pada waktu malam".

Hal ini, kebaikan tafakur dipandang dari segi pahala bukan hakikatnya.

d. Firman Allah dalam surat Al-Ikhlas.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) (الاخلاص :112/ 1-4)

Artinya : "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4).

Ayat ini merupakan jawaban rasulallah pada waktu di beri pertanyaan oleh kafir Quraisyi tentang Dzat Allah subhanahu wata'ala. Dan juga sebuah himbauwan bagi umatnya supaya bertafakur terhadap sifat-sifat atau makhluqNya.

e. Banyak sekali dalam Al-qur'an, ayat yang menerangkan tentang ciptaan Allah, salah satunya yaitu tentang langit, bumi dan juga bergantinya malam dan siang seperti firman Allah dalam surat Al-Imron ayat 190.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (ال عمران : 3 /190)

Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".(Q.S. Al-Imron : 190).

f. Firman Allah dalam surat At-Thoriq.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7) (الطارق :86/ 5-7)

Artinya : "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan". (Q.S. At-Thoriq : 5-7).

Ayat ini menerangkan tentang Allah menciptakan manusia melalui proses yang tidak akan bias dilakukan oleh makhluq lain. Hal ini menunjukan adanya kekuasaan Allah dan wujudNya.

g. Firman Allah dalam surat An-Nahl.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10) يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (11) (النحل :16/ 10-11)

Artinya : "Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan". (Q.S. An-Nahl : 10-11).

Allah memberikan rizqi kepada hambaNya melalui air tawar yang turun dari langit ataupun langsung dari bumi dengan perantara tumbuh-tumbuhan, seperti firman Allah diatas.

h. Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا (البقرة : 2/ 219)

Artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).

Dalam firman ini Allah juga menyuruh kepada hambaNya, untuk bertafakur tentang masalah khomr (minuman keras) yang bias menyebabkan murka Allah terhadap hambaNya.

i. Begitu juga dengan shadaqoh yang telah diperintahkan oleh Nya seperti Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh : 219

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (البقرة : 2/219)

Artinya : "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).

j. Firman Allah dalam surat Thoha.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126). (طه :20/ 124-126).

Artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Q.S. At-Thoha : 124-126).

Dalam ayat ini Allah menyuruh kepada hamabNya untuk bertafakur tentang siksa hari qiyamat, yang akan mengakibatkan rasa khouf dan roja' kepada Allah subhanahu wata'ala kelak di hari akhir tersebut. Disamping itu, dalam ayat ini Allah berfirman dengan menggunakan lapadz فَنَسِيتَهَا . Hal ini menunjukan bahwasanya, Allah telah memberikan pengetahan kepada hambaNya tentang wujudNya dialam dunia tetapi mereka berpura-pura lupa tentang hal itu.

F. Kesimpulan.

Segala sesuatu yang ada dialam semesta ini semuanya tercantum didalam Al-Qur'an tanpa terkecuali baik itu yang paling kecil, tidak kelihatan, atau yang paling tinggi dan besar. Karena yang menciptakan semua itu adalah Allah subhanahu wata'ala, sedangkan Al-Qur'an merupakan firman Allah secara langsung dengan melalui malaikat jibril.

Maka dari itu. Allah menyuruh kepda hambaNya untuk memperbanyak baca Al-Qur'an, supaya bisa menambah iman pada dirinya karena dalam Al-qur'an sendiri banyak sekali menerangkan tentang ayat-ayat yang mrnunjukan wujud Allah subhanahu wata'ala.
من بورك له في عمره أدرك في يسير من الزمن من منن الله تعالى

مالا يدخل تحت دوائر العبارة, ولا تلحقه الإشارة


"Barang siapa orang yang diberkahi umurnya, maka dia akan menemukan dari beberapa keanugerahan Allah dalam waktu yang sedikit, sesuatu yang tidak masuk dibawah kepahamannya, dan tidak ditemukan isyaroh".

A. Penjelasan


Hikmah ini merupakan hasil dari hikmah sebelumnya yang berbunyi :
رب عمر إتسعت اماده وقلت أمداده

ورب عمر قليلة اماده كثيرة أمداده

Dalam hikamh ini, Ibnu Atho'illah menerangkan bahwasanya, banyak sekali orang yang mempunyai umur panjang, tetapi isinya sedikit dan banyak sekali orang yang umurnya pendek tetapi dia mempunyai isi yang banyak. Hal ini menunjukan ada rahasia yang telah diberikan oleh Allah kepada hambaNya, yang disebut dengan barokah.

Keterangan ini menimbulkan pertanyaan kepada mukhotob. Kenapa Ibnu Atho'illah memberikan rahasia terhadap barokah tersebut ? yang di'ibarotkan dengan.

من بورك له في عمره أدرك في يسير من الزمن من منن الله تعالى

مالا يدخل تحت دوائر العبارة, ولا تلحقه الإشارة



Seorang hamba yang telah diberi kebaikan oleh Allah subhanahu wata'ala, bisa dilihat dari kehidupannya yang penuh dengan yang barokah. Dalam hal ini, yang menjadi rahasia bukan umur panjang atau pendeknya, tetapi amal (pekerjaan) dan kesunguhannya. Dan juga, itu semua merupakan keberkahan yang diberikan Allah subhanahu wata'ala.


Dalam pernikahan, barokah merupakan sesuatu yang diinginkan oleh semua orang. Hal ini bisa terlaksana dengan menjadi keluarga yang sakinah (tenang) wamaddah warohmah (saling menyayangi), dan sebagian bentuk dari tenang ialah mempunyai rumah sendiri, parabotan dan lain-lain yang berhubungan dengan kecukupannya. Mawaddah sakinah akan terbentuk ketika satu sama lain saling membutuhkan.

Disamping itu, barokah bisa diibaratkan dengan buah-buahan yang asli dan tidak asli (mainan). Karena hamba Allah yang sudah diberi kebaikan olehNya berupa berokah, akan berbeda dengan hamba yang tidak mendapatkan barokah dariNya.

B. Cara mendapatkan barokah.

Seorang hamba. Ketika ingin mendapatakan barokah maka dia harus menetapi dua syarat yaitu :
1. Waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala kepada hambaNya untuk beribadah Jangan sampai digunakan untuk hal duniawi, dan gunakanlah waktu tersebut, dengan semangat.

2. Syarat pertama, harus dibarengi dengan kegiatan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, hal itu bisa dilakukan dengan selalu meminta pertolongan dan membutuhkanNya untuk mendapatkan taufiqNya dalam hati seorang hamba.

Ketika hamba tersebut, melaksanakan ibadah dengan semangat, dan selalu meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wata'ala, maka Dia akan memberikan kemudahan dan keterbukaan terhadapnya. Umur yang panjang bukanlah sebuah ukuran dalam mendapatkan barokah, tetapi yang menjadi tolak ukur ialah pertolongan Allah, amal dan tugas yang bias mendekatkan diri kepada Nya.

Hal tersebut, ketika dipandang secara dlohir maka akal tidak akan menerima, karena dengan umur yang panjang seorang hamba akan mendapatkan banyak kesempatan untuk beramal baik dan melalukan ibadah kepada Allah. Ini merupakan tuntutan kepada hamba untuk selalu meminta kepada Allah.


C. Barokah yang terucap pada lisan.

Nama istilah yang sudah beredar di Negara kita, khususnya dalam permasalahan bahasa, sudah menjadi sebuah istilah yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dan juga menjadi kebiasaan lisan yang sering diucapkan oleh bangsa kita.

Begitu juga dengan kata barokah yang menjadi pembahasan dalam hikmah ini. Kata tersebut merupakan ejaan yang diambil dari bahasa arab dan sudah menjadi kebiasaan sering diucapkan oleh lisan orang Indonesia. Seperti halnya orang Indonesia, ketika sudah melaksanakan 40 hari orang yang mati atau 7 hari orang melahirkan yang merupakan tradisi di Negara kita, dia akan mendapatkan sebuah bingkisan yang isinya makanan. Maka dia akan mengatakaan saya telah mendapatkan berkat.

Kata ini diambil dari bahasa arab yaitu barokah, kemudian dimasukan kedalaam bahasa Indonesia menjadi berkah, dan sudah menjadi kebiasaan pada lisan orang Indonesia dengan perkataan berkat. Hal ini, menunjukan adanya kata tersebut berbeda dengan kata barokah yang menempel pada para ulama atau wali-wali Allah yang telah diberikan keanugerahan oleh Nya.

Disamping itu kata tersebut hanya bias diucapkan oleh lisan, tidak bias dirasakan oleh perasaan yang bias mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Karena kata tersebut hanya bias dinisbatkan kepada sesuatu yang berhubungan dengan makanan seperti keterangan diatas.

E. Dalil

a. Firman Allah dalam surat Al-‘Ala' : 1-3

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (3) (الأعلى : 87 / 1-3)

Artinya : "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi.(1) Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya).(2) Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk".(3). (Q.S. Al-‘Ala' : 1-3).

Allah subhanahu wata'ala dalam memberikan kebaikan kepada makhluqNya berupa rahasia yang tidak bias dijangkau dengan panca indra. Dikarenakan itu semua merupakan kekuasaan Nya.

b. Hadist nabi

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :استعن بالله و لا تعجز

Artinya : "Rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda : "Minta tolnglah kepada Allah dan jangan lemah".

Hadist ini menerangkan, bahwa rasulallah menyuruh kepada umatnya untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah.

D. Bukti sejarah.

Allah memeberikan kekhususiyahan kepada hambaNya dengan berbagai penomena yang tidak mungkin terjadi menurut aqal manusia.Hal ini merupakan pemberian anugerah dari Nya, seperti yang terjadi pada sebagian wali Allah atau ulama yang notabennya sudah taqorrub kepada Allah.

Barokah menjadi peran utama dalam pembahasan disini, dan juga merupakan anugerah dari Allah subhanahuw ata'ala kepada hambaNya, atas melakasanakan perintahNya dan mejauhi laranganNya. Hal itu sudah terbukti pada zaman rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam, katika beliau menikahkan purtinya saidah Fathimah Az-Zahro' dengan putra pamannya saidina ‘Ali karomallahu wajhah, beliau berdo'a kepada Allah dengan kelimat.

بارك الله لكما وعليكما وجمع بينكما بخير

Kalimat ini menunjukan do'a yang dibacakan oleh rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam, Bentuk dari adanya barokah pada kalimat tersebut ialah lapadz وجمع بينكما بخير

Disamping itu, sebagian wali Allah dalam menghasilkan ilmu dan mengarangnya yang begitu banyak, ditempuh dalam jangka waktu yang relative singkat. Dan ilmu yang dipelajarinya merupakan ilmu syari'at yang bias mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala.

Seperti Imam Nawawi dari Damasqus. Beliau bisa mengrang kitab yang notabennya diatas rata-rata, disamping itu karang beliau sangat banyak dengan ditempuh dalam jangka waktu yang relative sangat singkat, karena umur beliau hanya empat puluh lima tahun. Pada waktu belajar beliau sorogan kepada gurunya sebanyak dua belas kitab, diantara fan yang beliau pelajari waktu sorogan yaitu fiqih, ushulfiqh dan lain-lain.

Waktu belajar dan mengarang yang digeluti olehnya, jika dibandingkan dengan umurnya, maka tidak akan mencukupi. Karena dua belas kitab dengan fersentase satu kitab satu jam, maka beliau akan membutuhkan dua belas jam, dan jika waktu persiapan untuk sorogan satu jam per kitab, maka beliau juga akan membutuhkan waktu dua puluh empat jam dalam mencari ilmu. Kapan beliau makan, ke kamar mandi dan tidur ?.

Ini semua merupakan rahasia Allah yang diberikan kepada beliau, anugerah yang diberikan Allah kepadanya begitu banyak sampai tidak ada orang yang menandingi ke ‘aliman beliau, karangan beliau yang peling kecil yaitu "Arba'in Nawawi dan yang paling besar yaitu Riyadus sholihin.

Kalau secara matematika angka empat puluh lima yang menjadi umur beliau. Maka beliau menghabiskan waktu dua puluh tahun untuk belajar dan dua puluh lima tahun untuk mengarang kitab yang begitu banyaknya. beliau mengarang kitab dalam jangka waktu sehari hanya sekuras, jika sehari semalam, maka beliau akan mendapatkan dua halaman. Dan hal ini, akan terbukti jika dihhitung antara umur dan karangannya. Disamping menulis beliau juga mengajar, berdzikir dan ibadah.

Syaikh As-Sakakir dari Damasqus Syiria'juga mengalami hal seperti ini, beliau mengarang kitab tarikh yang mencapai delapan puluh jilid. Hal ini terbukti dengan adanya percetakan yang memperbanyak kitab tersebut melewati beberapa tahap yang terus berlanjut sampai hitungan tahun. Setiap tahun kitab tersebut dicetak lima jilid, tetapi terkadang satu jilid tapi besar. Keadaan seperti ini, dilakukan secara terus menerus sampai mencapai delapan puluh jilid. Ini menjadikan sebuah pemikiran. Seperti apa belaiu menulis ini, sedangkan kemungkinan antara umur dan karang beliau tidak sesuai ? Kemudian kitab ini diringkas sama Imam Mundzir.
أكرمك بكرمات ثلاث, جعلك ذاكرا له, ولولا فضله لم

تكن أهلا لجريان ذكره عليك وجعلك مذكورا به, إذحقق

نسبته لديك, وجعلك مذكورا عنده, فتمم نعمته عليك

"Allah memuliakanmu dengan tiga kemuliaan. Dia menjadikanmu orang yang ingat kepadaNya, kalau tidak ada keanugeranNya, maka kamu bukan termasuk yang ahli untuk ingat kepadaNya. Dan Dia menjadikanmu orang yang diingatkan sebabNya, karena Dia menyatakan penisbatanNya kepadamu. Dan Dia menjadikanmu orang yang diingat disandingNya, maka Dia meneyempurnakan nikmatNya untukmu".

A. Penjelasan

Manusia diciptakan oleh Allah tidak lain hanya untuk menyembah kepadaNya, seperti yang sudah difirmankan dalam Al-Qur'an. Jika sudah melakukan hal ini, maka Allah telah memuliakannya. Begitu juga, dengan penjelasan dalam hikmah ini, bahwasanya Allah memuliakan hamba Nya dengan tiga kemuliaan:

a. Kemuliaan pertama.

Allah memberikan kekuasaan kepada seorang hamba untuk bisa berdialog denganNya melalui dzikir, karena dengan adanya dzikir, Allah akan mencintai hamba tersebut. Begitu juga dengan lisannya, ketika selalu menyebut asma Allah, semua anggota badan selalu bergerak karena tunduk kepadaNya. Maka Allah akan memuliakanmu. Tetapi Allah tidak membutuhkan hal tersebut. Dan ini sudah menjadi kekhususiyahan manusia dibandingkan dengan hewan lainnya. Kenapa bisa dinamakan khususiyyah ?


Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini selain manusia , seperti tumbuh-tumbuhan, pensil yang sering kita gunakan untuk menulis, dan lain-lain, semuanya membaca tasbih kapada Allah subhanahu wata'ala Dan tunduk kepadaNya.Tetapi, mereka mengingatNya tidak dengan ikhtiyari. Karena Allah memberikan kepada makhluq selain menusia sebuah insting. Dalam permasalahan ini, seorang hamba terkadang cinta kepadaNya terkadang tidak. Karena cinta hamba tersebut dengan ikhtiyari. Hal ini, ketika sudah cinta kepadaNya dengan cara mendekatkan diri. Maka cinta hamba tersebut akan lebih sempurna dibandingkan dengan hewan lainnya.

Ruh dalam diri manusia berbeda dengan ruh hewan, sebab manusia pernah melakukan percakapan dengan Allah subhanahu wata'ala sebelum dia lahir ke dunia ini. Maka dari itu, manusia akan merasakan kerinduan terhadap alam sejatinya dikarenakan ada kenikmatan yaitu bertemu dengan Allah dan berkhitob (percakapan) denganNya. Hal ini. Ketika seorang hamba terlalu lama di dunia ini yang penuh dengan keruksakan, maka dia akan merasa kangeng dengan alam tersebut yaitu akhirat.

Dengan adanya seperti ini. Maka dzikir seorang hamba kepada Allah lebih baik dibandingkan dengan dzikir hewan yang tidak mempunyai aqal. Hal ini bukan saja dengan hewan tersebut, tetapi dengan malaikat yang notabennya lebih baik daripada manusia, karena dia diciptakan oleh Allah dari nur (cahaya) dan tidak mempunyai nafsu. Ini merupakan pemikiran Ahli sunnah waljama'ah.

b. Kemuliaan kedua.

Selalu ingat kepada Allah merupakan simbol cinta seorang hamba kepadaNya, karena Dia banyak menceritakan hamba tersebut dan penisbatanNya kepadanya. Ini merupakan, bahwasa Allah telah memuliakannya. Dengan menundukan semua makhluq Allah dan memberikan nikmat kepadanya.

Tetapi Allah juga menceritakan tentang seseorang yang banyak berbuat ma'siat kepadaNya. Dalam hal ini, Allah tidak memuliakan orang yang seperti ini dan juga bukan pembahasan dalam hikmah ini. Karena akhlaqnya (perbuatan) hampir sama dengan makhluq Allah selain manusia.


c. Kemuliaan ketiga.

Allah subhanahu wata'ala selalu ingat kepada hambaNya dengan firman-firman didalam Al-Qur'an dan hadist qudsiNya. Disamping itu Beliau mengungkapkan firman atau hadist tersebut dengan disandarkan DzatNya kepada hamba Nya. hal ini menunjukan bahwa Dia cinta kepadanya.

Dengan adanya hal ini, seorang hamba tidak boleh men ta'wili permasalahan ini, bahwasanya cinta Allah kepada seorang hamba akan memberi kelonggaran kepada hamba tersebut untuk masuk surga. Begitu juga dengan pen ta'wilan bahwa cinta Allah kepada hambaNya sama dengan cinta seorang hamba dengan temannya karena cinta tersebut ada unsur saling membutuhkan, hal ini, apakah Allah cinta kepada hambaNya ada unsur membuthkan ? jawabannya tidak.


B. Dalil.

a. Semua makhluq Allah yang ada di dunia ini membaca tasbih kepadaNYa, karena mereka tunduk atas perintah Nya. Seperti yang sudah difirmankan dalam Al-Qur'an :

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ (أالإسراء : 44:17)

Artinya : "Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya". (Q.S. Al-Isra' : 44)


b. Firman Allah dalam Al-Qur'an :

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (ألإسراء 17: 70)

Artinya : "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan".(Q.S. Al-Isra' : 70).

Dalam firman ini, Allah meneguhkan bahwasanya Dia telah memuliakan seorang hamba dibandingkan dengan hewan lain .

c. Firman Allah dalam surat Al-Mu'minun : 12-14

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (المؤمنون 12:23- 14)

Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik". (Q.S. Al-Mu'minun : 12-14).

Ayat ini, disamping Allah memuliakan manusia dibandingkan dengan hewan lain. Dia juga menjadikan manusia sebagai makhluq yang paling bagus bentuk atau jasadnya.

d. Firman Allah dalam surat Al-Hajr : 49

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الحجر 15: 49)

Artinya : "Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(Q.S. Al-Hajr : 49).

Betapa bahagia seseorang yang dipanggil oleh Allah subhanahu wata'ala dengan sebutan ‘ibadi (hambaKu), hal ini, menjadi bukti bahwa Dia sangat cinta kepada hamba tersebut.

e. Sya'ir yang disenandungkan oleh Ibnu Atho'illah As-Sakandari

ومما زادني شرافا وتيها # وكدت بأخمصي أطأ الثريّا
دخولي تحت قولك ياعبادي # وأن صيرت أحمد لي نبيّا

"Sebagian sesuatu yang bisa menambah kemuliaan dan keagungan kepadaku" # "Dan hampir saja saya bisa menginjakkan kaki saya ke bintang tsuroya".

"Yaitu saya termasuk dibawah firmanMu dengan ungkapan ya ‘ibadi" # "Dan aku memuji kepada ku sendiri seolah-olah aku menjadi sorang nabi".

Hal ini akan menjadi sebuah kebanggaan bagi seorang hamba yang notabennya merupakan makhluq yang paling lemah dibandingkan dengan makhluq lainnya.

f. Hadist Qudsi

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِى إِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلإٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ

Artinya : "Dari Abi hurairoh beliau pernah berkata, rasulallah shalallahu ‘alaihi wasalam berkata : Allah ‘Azza wajala berfirman : "Saya berada disanding perasangka hambaKu dan saya bersamanya ketika dia mengingatKu, jika dia mengingatKu dalam dirinya maka saya akan mengingatnya dalam DzatKu, jika dia mengingatKu dalam satu golongan maka saya akan mengingatnya dalam satu golongan yang lebih bagus daripada golongan lain".

Dalam hadist ini, Allah mengingat hambaNYa ketika hamba tersebut ingat kepadaNya, hal ini menurut Ibnu Atho'illah mengandung beberapa makna, diantaranya : Seorang hamba ketika dirinya ingat kepada Allah dalam bentuk ibadah seperti apapun, maka Dia akan memberi ganjaran kepadanya tanpa memandang siapa orangnya.

Disamping itu, ketika hati dan lisan hamba tersebut selalu disibukan dengan memuji kepada Allah dan mensykuri atas nikmat yang diberikanNya dan berangan-angan atas sifat dan kekuasaanNya, maka Allah akan membalasnya dengan mencintai dan menjaganya.

C. Aplikasi

Kerinduan terhadap alam sejati yaitu akhirat seperti yang sudah diterangkan diatas, disamakan dengan anak pondok (santri) yang sebelumnya dia mengenyam pendidikan dirumahnya. Ketika dia dimasukan ke pondok pesantren, maka dia akan merasakan kerinduan terhadap kampung halamannya. Begitu juga, kerinduan tersebut akan terjadi. Ketika dia ketemu tetangganya baik satu desa ataupun daerah dan makanan khas daerahnya. Maka kesenangan yang dia miliki sangat tiada tara.

Akan halnya dengan kemuliaan kedua, bahwa Allah memuliakan seorang hamba yang diaplikasikan dengan Dia memanggil hambaNya ya ‘ibadi diadalam Al-Qur'an. Hal ini sama dengan seorang santri ketika dipanggil oleh kiyainya dengan sebutan cung, atau dengan sebutan khodamail ma'had, maka dia akan bangga sekali atas sebutan atau panggilan tersebut.

Tetapi nama Abdullah, ketika diterapkan pada zaman sekarang maka nama tersebut akan menjadi kuno dipandang orang banyak, dengan adanya seperti ini. Maka. Ketika ada orang meminta nama anaknya kepada seorang kiyai dengan nama zaman sekarang maka dia akan bangga atas pemberian nama tersebut, karena dipandang layak, berbeda dengan nama Abdullah yang kuno.

Hal ini merupakan kesalahan besar atas seorang hamba yang memberikan dan memandang sebelah mata nama tersebut, padahal nama Abdullah akan membwa kebahagiaan pada dirinya kelak diakhir qiyamat seperti yang sudah diterangkan dalam hadist nabi. Penisabtan seorang hamba kepada Allah subhanahu wata'ala sebuah kebanggana bagi makhluq Nya. Karena dengan penisbatan ini akan memberi perbedaan antara manusia dengan makhluq lainnya.

Tetapi, ketika manusia sudah diperbudak dengan hal-hal yang bersifat duniawi seperti jabatan, cinta harta dan lain-lain. Maka dia belum menjadi hamba Allah secara haqiqi, hal ini akan menjadi kebanggan, ketika hamba tersebut di puji orang lain tentang jabatannya dan harta yang dia miliki, padahala semua yang dia miliki adalah milik Allah subhanahu wata'ala.