ماسا-ماسا سجاراه ماسا نبي محمد ص م 612-632
ماسا خلفاء الراشدين 632-661
 ماسا دولة بني أمية 661-750
 ماسا دولة بني امية اندلس 756- 1492
 ماسا دولة بني عباسية 750-1258
ماسا دولة عثمانية 1299-1920
ماسا كمردكاأن 1920-
سكاراغ ماسا دولة بني أمية ماسوكيا عبد الرحمن الداخل 756
جاتوهيا كوتا بغداد 1258
ماسا مَمَالِك دي مصر 1250-1517
 ممالك بحرية ممالك برجية جاتوهيا بيت المقدس دي تاعان صليبيين (ساليب) 1099
 كمبالييا بيت المقدس دي تاعان صلاح الدين (فراغ حطين) 1187
فتح القسطنطينية 1453
ماسا دولة عثمانية جاتوهيا أندلس (سفايول) 1492
برديرييا كراجاأن دماك جاتوهيا مالاكا دي تاعان فورتوكال الشخصيات أبو بكر 632-634
عمر بن الخطاب 634-644
عثمان بن عفان 644-656
عليّ بن أبي طالب 656-661
عبد الرحمن الداخل هارون الرشيد نور الدين الزنكي صلاح الدين الأيوبي عثمان إرطغل محمد الفاتح أبو الحسن الأشعري إمام الماتردي إمام غزالي الشيخ عبد القادر الجيلاني الشيخ أبو الحسن الشاذلي الشيخ بهاؤ الدين النشهبندي إمام فخر الدين الرازي إمام نووي إمام السيوطي إمام نووي الجاوي

MASA-MASA SEJARAH

Masa Nabi Muhammad SAW : 612 – 632 M./1 – 11 H.
Masa Khulafa’ Ar-rosyidin : 632 – 661 M./11 – 40 H.
Masa Daulah Bani Umayyah : 661 – 750 M./41 – 132 H.
Masa Daulah Bani Umayyah Andalus : 756 – 1492 M./138 – 892 H.
Masa Daulah Bani ‘Abbasiyyah : 750 – 1258 M./132 – 656 H.
Masa Daulah Utsmaniyyah : 1299 – 1920 M./699 – 1342 H.
Masa Kemerdekaan : 1920 M./1342 H.
masuknya Abdurrohman Ad-Dakhil : 756 M./138 H.
Jatuhnya Baitul Maqdis ditangan Sholibiyyin (salib) : 1099 M./492 H.
Kembalinya Baitul Maqdis ditangan Sholahuddin (Perang Hitthin) : 1187 M./583 H.
Jatuhnya Kota Bagdad : 1258 M./656 H.
Masa Mamalik di mesir : 1250 – 1517 M./648 – 922 H.
Fathul Qosthonthiniyyah : 1453 M./857 H.
Jatuhnya Andalus (Spanyol) : 1492 M./892 H.
Berdirinya kerajaan demak : 1478 M.
Jatuhnya malaka di tangan portugis : 1511 M.
Abu Bakr : 632 – 634 M./11 – 13 H.
Umar bin Al-Khottob : 634 – 644 M./13 – 23 H.
Utsman bin ‘Affan : 644 – 656 M./23 – 35 H.
Ali bin Abi tholib : 656 – 661 M./35 – 40 H.
Abdurrohman ad-dakhil : 756 – 788 M./138 – 172 H.
Harun ar-rosyid : 786 – 809 M./170 – 193 H.
Nuruddin az-zanki : 1146 – 1174 M./541 – 569 H.
Sholahuddin al-ayyubi : 1174 M./570 H.
Muhammad al-fatih : 1453 M./857 H.
Hikmah Ke-103
Oleh : M. Wafi. Lc.Msi

Kewelasan di Balik Takdir Allah
« مَنْ ظَنَّ إِنْفِكَاكَ لُطْفِهِ عَنْ قَدَرِهِ, فَذَلِكَ لِقُصُوْرِ نَظَرِهِ »
"Barang siapa yang mengira bahwa dalam qadarnya Allah tidak terdapat kewelas asihan, maka hal itu karena kepicikan pikirannya."

Imam Ghazali berkata: "Al-lathif adalah orang yang mengetahui seluk beluk kemaslahatan yang samar dan sukar dipahami, kemudian merealisasikan dan mewujudkannya dengan cara yang lemah lembut tanpa kekerasan. Jika kewelasan dan kelembutan ini terkumpul dalam sebuah tindakan dan pengetahuan, maka disitulah terdapat makna luthf. Dan makna ini hanya terdapat secara sempurna dalam dzat Allah."
Memang, karena kesamaran serta tersembunyinya sebuah kemaslahatan, terkadang sebuah usaha harus ditempuh dengan cara yang kelihatannya merupakan cobaan dan kekerasan. Untuk mencapai sebuah kemaslahatan, tidak harus ditempuh dengan cara yang kelihatannya halus dan lemah lembut. Sebagai contoh, untuk membangunkan orang yang tidur agar dia berjaga-jaga dari pencuri atau musuh yang mengintainya, terkadang kita harus melakukannya dengan sedikit keras dengan tujuan agar orang tersebut sadar serta mengawasi keadaan sekitarnya.
Sisi kewelasan (luthf) dalam hal ini adalah melindunginya walaupun sisi ini tidak kelihatan. Bahkan cara tersebut lebih menyerupai tindakan menyusahkan ketimbang menolong dan melindunginya. Akan tetapi, yang menjadi pegangan dalam setiap urusan adalah akibat dan hasil akhirnya. Bukan kulit luarnya dan yang tampak dari hal tersebut.
Sikap melindungi yang wujudnya tidak kentara dan samar, tapi hasilnya terlihat nyata itu merupakan salah satu sifat Allah SWT dalam memperlakukan hamba-hambaNya. Allah berfirman:
اللهُ لَطِيْفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ اْلعَزِيْزُ.

Artinya: "Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan dialah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa." QS. Asy-Syuro: 19.

Sifat kelemahlembutan (al-luthf) ini adalah yang dikehendaki dalam setiap qadla dan qadar Allah, walaupun qadla dan qadar tersebut berupa wujud bencana dan malapetaka. Artinya, segala bencana dan malapetaka yang Allah turunkan kepada hamba-hambaNya adalah media perantara untuk menunjukkan sifat kewelas asihan dan kelembutan Allah. Jadi, yang dikehendaki bukanlah bencana itu sendiri. Jika Allah memberikan cobaan kepada hambaNya berupa kemiskinan setelah kecukupan, penyakit setelah kesehatan, atau kesusahan setelah kebahagiaan, maka hal itu semata-mata dimaksudkan untuk mengobati dan membersihkan penyakit dan keburukan yang dideritanya.

Begitu pula seorang hamba yang mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, baik dalam hal perdagangan, pendidikan, pekerjaan, atau urusan keluarganya, hal itu karena apa yang diinginkannya itu tidak terdapat kebaikan dan kemaslahatan baginya. Karena kebaikan dan kemaslahatan tersebut justru terdapat dalam keputusan yang telah Allah pilihkan sebagai gantinya. Keputusan Allah tersebut lebih baik dan lebih maslahat bagi dirinya. Jadi, jika seseorang menganggap bahwa apa yang terjadi ini tidak sesuai dengan yang diharapkannya sebagai suatu keburukan dan siksaan, maka hal itu karena orang tersebut berpikiran sempit. Hal inilah yang akan ditangani oleh Imam Ibnu Athoillah dalam hikmah ini.

Obat untuk mengatasi penyakit di atas adalah rasa yakin dan mantap terhadap kebijaksanaan Allah, rahmat dan kelembutannya. Obat lain adalah pengalaman-pengalaman yang dialami manusia. Jika kita mau merenungi segala macam cobaan dan kejadian yang datang tiba-tiba dan tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan bersyukur kepada Allah sebanyak dua kali atas datangnya cobaan-cobaan itu. Yang pertama untuk mensyukuri atas kebaikan-kebaikan yang terkandung dalam cobaan itu. Dan yang kedua atas nikmat bahwa Allah telah menjaga kita dari keburukan yang ada dalam keinginan kita, sehingga Allah menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.

Walhasil, apa yang tampak oleh mata kita tidak selamanya menunjukkan terhadap hakikat di belakangnya. Jika kita mau merenung dan tidak mempersempit pikiran dan akal, kita akan melihat kebaikan dan hikmah yang agung di balik setiap cobaan yang menimpa pada setiap manusia.
Selanjutnya, perlu digarisbawahi, bahwa hal yang demikian itu, yakni dalam setiap kodratnya Allah selalu ada hikmah dan kebaikan yang tersembunyi di belakangnya, hal ini tidak berlaku bagi setiap golongan manusia. Ketetapan ini tidak berlaku untuk orang-orang yang sombong (al-mustakbirin) dan yang mengingkari Islam (al-jahidin). Semua hikmah-hikmah ini khusus untuk orang-orang mukmin dan mereka yang dijaga dari sifat sombong dan ingkar.

Adapun golongan yang kedua ini, yakni mereka yang sombong (al-mustakbirin) dan yang mengingkari Islam (al-jahidin), maka sudah menjadi sunnatullah bahwa mereka akan diperlakukan dengan kebalikan dari hikmah yang sedang dibahas ini. Artinya, Allah akan melapangkan jalan mereka menuju kesenangan dan pemuasan nafsu syahwat, mewujudkan semua keinginan dan ambisi mereka. Tapi, pada akhirnya mereka akan mendapatkan akibat yang sangat menyakitkan atas semua nikmat-nikmat yang mereka terima itu. Banyak ayat-ayat yang menjelaskan rahasia ketuhanan (sirah rabbaniyyah) ini. Di antaranya adalah surat al-Qolam ayat 44 yang berbunyi:
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا اْلحَدِيْثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَايَعْلَمُوْنَ. وَأُمْلِيْ لَهُمْ إَنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ.

Artinya: "Maka serahkanlah (Ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan Ini (Al Quran). nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi penangguhan (atas siksaan) kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh." QS. Al-Qolam: 44-45.
Dan juga surat al-Hijr ayat 3:
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ اْلأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ.

Artinya: "Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." QS. Al-Hijr: 3.
Kita akan melihat sunnatullah ini secara lebih jelas dan gamblang dalam surat al-An'am ayat 6 yang berbunyi:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوْبِهِمْ وَأَنْشَأْناَ مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْناً آخَرِيْنَ.

Artinya: "Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami mapankan kedudukan mereka di muka bumi dengan kemapanan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, Kemudian kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." QS. Al-An'am: 6.

Jika kamu sudah meresapi dan memahami hakikat dari hikmah ini, maka janganlah kamu merasa aman dan menjadi lengah jika mendapatkan nikmat yang berlimpah. Begitu juga ketika kamu mendapat musibah dan cobaan, jangan berburuk sangka kepada Allah. Yakinlah bahwa segala kepahitan yang menimpa kita itu merupakan cara Allah untuk menggiring kita mengobati penyakit yang bersarang dalam diri kita. Jika kita sudah bisa menerapkan sikap ini dalam kehidupan kita, maka sesungguhnya kita telah menempuh jalannya para rabbani yang hidup dalam kenikmatan dan menjauhi dunia dan isinya menuju Allah.
Wallahua'lam.
HIKMAH KE-24
KH. M.Wafi MZ. Lc. Msi
RAHASIA DI BALIK COBAAN

لا تستغرب وقوع الأكدار ما دامت في هذه الدار فإنها ما أبرزت إلا ما هو مستحق وصفها وواجب نعتها

"Janganlah menganggap aneh akan adanya beberapa problematika, selama engkau masih di dunia ini. Karena tidak akan ada di dunia ini kecuali sesuatu yang sudah pasti dan harus ada"

Uraian Dalam hikmah diatas Imam Ibnu ‘Athoillah bermaksud merespon peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita dari masa ke masa. Yaitu, kenapa Allah swt menjadikan kita hidup di dunia harus menghadapi beberapa cobaan dan problematika? Kenapa pula di balik kebahagiaan yang kita rasakan di dunia, pasti selalu diiringi dengan musibah? Jawabnya adalah: di balik semua itu ada banyak hikmah yang bisa kita petik, yang secara ringkas bisa kita simpulkan menjadi dua poin. Pertama, Allah menjadikan dunia ini sebagai tempat cobaan atau bisa dikatakan sebagai tempat ujian bagi manusia. Manusia, di samping telah diberi amanat oleh Allah swt sebagai kholifah, juga di bebani tanggungan berupa Ubudiyyah (penghambaan) pada Allah secara Ikhtiyari (atas kemauan manusia sendiri), sebagaimana allah mewajibkan bagi makhluk-makhluk-Nya yang lain untuk menghamba kepadanya tetapi secara Qohri (terpaksa).

Praktek ubudiyah bisa terealisasikan dengan adanya ketundukan total terhadap semua hukum yang telah ditetapkan oleh Allah swt serta ridlo akan taqdir-Nya, baik berupa nikmat atau cobaan, serta meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua yang terjadi adalah berdasar kehendakNya. Kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa manusia memang disiapkan oleh Allah sebagai mukallaf atau orang yang siap menerima beban dan tanggung jawab dari Allah swt. Coba kita bayangkan jika manusia di dunia ini hanya mendapatkan nikmat saja, tidak pernah mendapatkan musibah sama sekali.

Mereka selalu senang dan bahagia, tidak pernah merasakan kesusahan sedikit pun, maka akan muncul sebuah pertanyaan singkat, "Mana bukti kehambaan manusia? Bagaimana sebuah penghambaan bisa tampak darinya, Sedang ia selalu berada dalam kesenangan dan kenikmatan." Ya, pertanyaan di atas sangat layak untuk dilontarkan. Karena penghambaan merupakan buah dari taklif, sedang sesuatu tidak bisa dikatakan taklif jika tidak mengandung masyaqqoh (kepayahan).

Orang yang berakal sehat, malah akan merasa aneh jika membayangkan bahwa dunia ini hanya dipenuhi kesenangan dan kenikmatan belaka. Karena masyaqqoh yang merupakan implementasi dari ubudiyyah tidak bisa tampak dalam dunia seperti yang disebut tadi, sehingga ia akan kehilangan kesempatan untuk menghambakan dirinya atau bercumbu (Munajat) dengan kekasih satu-satunya, yakni Allah swt.

Kehidupan yang hanya dipenuhi oleh berbagai kenikmatan dan kesenangan sangat membingungkan bagi orang yang berakal dan punya mata hati. Doa adalah buah dari rasa faqir (butuh), lemah dan Khosyyah (ketakutan) kita akan segala siksa, musibah dan ancaman terhadap diri kita.

Sehingga hal itu akan mendorong kita untuk berdoa dan meminta kepada Dzat yang maha kaya, maha kuat untuk melindungi kita. Lalu bagaimana bisa manusia berdoa sedang ia tidak pernah menghawatirkan apa pun atas dirinya.

Dengan kepadaian akal dan ketajaman mata hati manusia, maka akan timbul sebuah respon dan sikap yang baik terhadap adanya beberapa Taklif dan macam-macam cobaan ataupun kenikmatan dari allah swt, sikap yang kami maksud diatas adalah sabar, jika yang memang yang kita terima adalah musibah dan cobaan, dan sikap syukur, jika yang kita terima adalah kesenangan dan kenikmatan. Kedua, jika kita mau merenung, kita akan tahu bahwa kehidupan dunia ini adalah sebuah area atau medan terjal yang dipenuhi dengan rintangan, untuk menuju ke suatu tempat yang kekal dan abadi, yakni akirat. Allah swt pun sudah menetapkan bahwa pintu yang kita lewati untuk menuju ke alam keabadian tersebut hanya satu, tidak ada yang lain. Hal itu tak lain adalah kematian. Jadi, kematian adalah akhir dari episode kehidupan manusia di dunia ini.

Dan kematian bukanlah ketiadaan sebagaimana disangka oleh sebagian orang, akan tetapi perpindahan dari satu kehidupan menuju ke kehidupan yang lain. Jika kita sudah tahu bahwa kehidupan dunia tidak kekal, maka apakah masuk akal jika kemudian kehidupan dunia ini hanya dipenuhi dengan kenikmatan dan kebahagiaan saja? Padahal kehidupan ini bisa dikatakan lebih mirip dengan kondisi orang yang singgah di suatu tempat dan tentunya tidak lama.

Tentu tidak masuk akal bagi orang berakal dan punya pandangan mata hati yang tajam. Andaikan kehidupan dunia hanya dipenuhi kenikmatan dan kebahagiaan saja maka hal itu akan menimbulkan kecintaan seorang hamba terhadap dunia dan selalu ingin hidup didalamnya. Ia merasa bahwa dunia ini rumahnya, ia lalai bahwa sebenarnya tempat tinggalnya adalah di akherat, ia selalu memperbaiki dan menghiasi kehidupan dunia ini, sementara ia lupa akan rumahnya yang di akherat nanti.

Hal ini semua adalah akibat adanya persepsi bahwa dunia mestinya hanya diisi dan dipenuhi dengan kenikmatan dan kebahagiaan saja. Irama kehidupan dunia yang kadang dimainkan dengan lagu-lagu yang bersenandung kebahagiaan dan kadang dimainkan dengan lagu-lagu yang bersenandung kesusahan adalah satu bentuk rahmat dan kasih sayang allah swt terhadap hambanya. Karena Dia tidak ingin melihat hambanya terpesona dan nyaman dengan irama-irama keindahan dunia ini dan lupa bahwa nanti masih ada kehidupan yang kekal dan abadi yang membutuhkan bekal yang tentunya juga lebih banyak.

Dalil-dalil Dua poin di atas merupakan hal yang tidak bisa kita pungkiri. Karena keduanya merupakan penjelasan (Syarh) atas hikmah yang disampaikan Ibnu ‘Athoillah diatas. Dan dua poin ini bisa menjawab dan mengurangi kesusahan dan kegelisahan kita melihat kehidupan dunia yang diiringi irama susah dan senang.

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, mana dalil yang menguatkan dan membenarkan dua poin di atas? Atau apakah kedua poin di atas hanya merupakan renungan dan angan-angan yang merupakan kreasi akal dan fikiran Ibnu ‘Athoillah saja? Tentu jawabnya ada dalil dari al-Qur'an dan Hadis yang mendukung dan membenarkan dua poin di atas. Al-Qur'an telah mengingatkan kita akan hal ini dalam beberapa ayatnya, coba saja kita perhatikan dan renungi surat Ali Imron ayat 186 di bawah ini:


لتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ.


"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan"

Dalam salah satu ayat al-Qur'an ada satu keterangan yang lebih jelas dan mengumpulkan semua keterangan di atas, yakni dalam surat al-Mulk ayat 1-2 yang berbunyi:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ.

"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun".

Jadi, jika kita telah mengetahui bahwa kehidupan di dunia adalah tempat taklif, cobaan dan ujian maka kita harusnya yakin bahwa kehidupan akhirat adalah tempat untuk memperoleh pahala dan pembalasan.

Hal ini akan kita temukan secara jelas dalam surat al-Anbiya' ayat 35 yang berbunyi:


وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ.


"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)".

Uraian di ataslah kira-kira adalah yang dikehendaki oleh imam Ibnu ‘Athoillah dalam hikmahnya. Aplikasi Sebenarnya hikmah di atas telah teraplikasikan dalam kehidupan para kekasih Allah swt setiap harinya.

Hal ini bisa kita ketahui dari beberapa ungkapan mereka.
Di antaranya adalah:
a. Imam Abu al-Qosim al-junaidi pada satu kesempatan berkata, "Aku tidak pernah merasa kenyang dengan segala sesuatu yang datang padaku dari dunia ini, karena dunia adalah tempat kesusahan, cobaan dan fitnah. Maka, dunia dan seisinya adalah sesuatu yang jelek dan berbahaya. Karenanya dunia pasti datang kepadaku dengan segala sesuatu yang aku benci, dan jika ia datang kepadaku dengan sesuatu yang aku senangi maka itu hanya sesuatu yang berlebihan."

b. Imam Abu Turab Ra berkata, "Wahai para manusia, sesungguhnya engkau mencintai tiga perkara padahal sebenarnya ketiganya bukan hakmu. Pertama nafsu, padahal sebenarnya ia adalah untuk kesenangannya (hawa). Kedua, ruh padahal sebenarnya ia adalah milik Allah. Ketiga, harta padahal nanti hartamu akan dimiliki oleh ahli warismu. Engkau mencari dua perkara, padahal engkau tidak akan pernah mendapatkannya, yakni kesenangan dan kenyamanan sedang keduanya hanya ada di surga.
Maka hal yang wajib dilakukan oleh seorang hamba adalah tidak menjadikan dirinya nyaman di dunia dan tidak mempunyai kecenderungan terhadap sesuatu yang menjadikan kita bahagia dan nyaman didunia.

Kita harus belajar dan berusaha untuk mengamalkan dan mengimplemetasikan sabda baginda Nabi Muhammad saw : dunia adalah penjara bagi orang mu'min dan surga bagi orang kafir. Kebiasaan seorang hamba untuk menghadapi cobaan di dunia akan menjadikan dia merasa ringan dalam segala hal yang mereka hadapi dan temui, ia pun akan merasa nyaman saja ketika kehilangan sesuatu yang disenangi olehnya. Hendaknya seorang murid (orang yang menghendaki jalan akherat) menghadapi apa saja yang ia temui dengan penuh kesabaran, pasrah dan ridlo terhadap qodlo' allah swt, maka insya allah sebentar lagi akan tampak jelas rahmat allah atas dirinya dan menyebabkan ia mendapat pahala dari Allah swt. Waallahu ‘alam bis showab.
ZAUJAH SHOLIHAH
1. Baik agamanya
تنكح المرأة لأربع : لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يدك.
Wanita di nikah karena empat perkara karena hartanya, nasabnya, cantiknya dan karena agamanya maka dapatkan yang punya agama kalau tidak maka tanganmu akan berdebu.
وعن ابن ماجه بسند حسن من حديث عائشة رضي الله عنها مرفوعا تخيروا لنطفكم فانكحوا الأكفاء وأنكحوا إليهم.
Nabi saw mengatakan : Pilihlah untuk sperma kalian! Kawinilah wanita yang pantas (dalam agama dan akhlaq), dan kawinkan wanita kalian pada laki yang pantas.
2. Penyanyang.
3. Banyak anak.
4. Minta ridlo suami.
نساءكم من أهل الجنة الودود الولود العؤود على زوجها التي إذا غضب جائت حتى تضع يدها في يد زوجها ثم تقول لا أذوق غمضا حتى ترضي.
Wanita kalian ini penghuni surga : yang penyayang yang banyak anak yang kembalian pada suaminya yaitu ketika suaminya marah dia mendatanginya lalu meletakkan tangannya di atas tangan suaminya lalu berkata saya tidak akan mencicipi tidur sampai engkau ridla padaku.
5. Taat pada suami
6. Menyenangkan suami
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحفظت فرجها فلتدخل من أي أبواب الجنة شائت.
Wanita ketika telah melakukan sholat lima waktunya, berpuasa bulan ramadlon, menjaga farjinya dan taat pada suaminya maka silahkan dia masuk surga dari pintu yang dia kehendaki.
وسئل رسول الله صلّى الله عليه وسلم أي النساء خير ؟ قال الذي تسره إذا نظر وتطيعه إذا أمر ولا يخالفه فيما يكره في نفسها وماله.
Nabi saw di tanya : Siapakah wanita terbaik? Nabi saw : Wanita yang menyenangkan ketika dilihat suaminya, mentaatinya ketika diperintah dan tidak menyalahi dalam perkara yang tidak disenangi oleh suaminya baik dalam uruasan kepribadiannya atau keuangan suami.
وفي المصنف ابن أبي شيبة بسند صحيح قال عبد الله بن مرو رضي الله عنهما ألا أخبركم بالثلاث الفواقر ........... إمام جائر إن أحسنت لا يشكر وإن أسأت لم يغفر، وجار سوء إن رأى حسنة غطاها وإن رأى سيئة أفشاها، وامرأة السوء إن شهدتها غاضبتك وإن غبت عنها خانتك.
Nabi saw : Maukah kalian aku ceritakan tiga bencana. pimpinan yang lalim; kalau engkau berbuat baik dia tidak berterima kasih, kalau engkau berbuat kesalahan dia tidak mengampunimu, tetangga jahat; kalau dia lihat kebaikan dia menutupinya, kalau melihat kejelekan dia menyebarluaskan, istri jahat; kalau engkau bersamanya dia membuat marah, kalau tidak bersamamu dia mengkhianatimu.

7. Membantu suami solat malam
من استيقظ من الليل وأيقظ امرأته فصليا ركعتين جميعا كتبا من الذاكرين الله كثيرا والذاكرات.
Barang siapa bangun waktu malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka melaksanakan sholat dua rokaat bersama, maka mereka ditulis termasuk orang-orang yang banyak ingat kepada Allah.
رحم الله رجلا قام من الليل فصلى، وأيقظ امرأته فصلّت، فإن أبت نضح في وجهها من الماء، ورحم الله امرأة قامت من الليل فصّلت، وأيقظت زوجها فإن أبى نضحت في زوجه من الماء.
Nabi saw bersabda : Allah akan memberi rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun waktu malam kemudian ia melakukan sholat, dan membangunkan istrinya kemudian istrinya juga sholat, jika istrinya tidak mau maka ia memercikan sedikit air diwajah istrinya.
Dan Allah juga akan memberi rahmat kepada seorang wanita yang bangun waktu malam kemudian ia sholat dan membangunkan suaminya, jika suaminya tidak mau maka ia memercikan sedikit air diwajah suaminya.
الأحاديث الواردة في فضل الكسب **

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : سئل رسول الله – صلّى الله عليه وسلّم - : أيّ الكسب أفضل؟ قال : عمل الرجل بيده وكلّ بيع مبرور. رواه الطبراني باسناد جيّد ورواه أحمد والبزّار من حديث رافع بن خديج.

Artinya: diriwayatkan dari ibnu Umar RA, beliau berkata : rosululloh SAW ditanya tentang pekerjaan yang paling utama? Beliau menjawab : “pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang diberkahi (mabrur)”.

وخرّج الطبراني باسناده عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال : إنّ الله يحبّ المؤمن المحترف

Artinya : diriwayatkan dari ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda: “sesungguhnya Allah senang terhadap mu’min tipe pekerja”.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال التاجر الصدوق الأمين مع النبّيين والصديقين والشهداء رواه الترمذي

Artinya : diriwayatkan dari Abi Sa’id al Khudri RA bahwa rosululloh SAW bersabda: “ pedagang yang jujur serta terpercaya (kelak) bersama dengan para nabi, shiddiqin dan para syuhada’”.

وخرّج الطبراني باسناده عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : تليت هذه الآية عند رسول الله صلّى الله عليه وسلّم "ياأيّها الناس كلوا مما في الارض حلالا طيبا" {البقرة : 168 } فقام سعد بن أبي وقاص فقال : يا رسول الله ادع الله أن يجعلني مستجاب الدعوة , فقال له النبي صلّى الله عليه وسلّم : يا سعد أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة , والّذي نفس محمّد بيده إنّ العبد ليقذف اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبّل منه عمل أربعين يوما , وأيّما عبد نبت لحمه من سحت فالنار أولى به.

Artinya : diriwayatkan dari ibnu Abbas RA beliau berkata: ada seseorang yang membaca disamping Nabi SAW ayat “ wahai para manusia makanlah sesuatu yang halal serta baik dari apa yang ada di bumi”, (Al Baqoroh:168) lantas Sa’d bin Abi Waqqosh berdiri seraya berkata : wahai Rosululloh !! mohonkanlah kepada Allah supaya menjadikan aku orang yang doanya dikabulkan. Kemudian Nabi SAW menjawabnya : “ wahai Sa’d !! perbaikilah makanan (dan minuman)mu niscaya kamu menjadi orang yang doanya dikabulkan. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamannNya sesungguhnya seorang hamba yang memasukkan satu suapan yang haram kedalam perutnya maka amalnya sama sekali tidak diterima selama 40 hari. Dan siapa saja yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram maka nerakalah yang pantas untuknya”.


** جميع هذه الاحاديث مأخوذة من "المتجر الرابح في ثواب العمل الصالح" للدمياطي رحمه اللهالأحاديث الواردة في فضل الكسب **

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : سئل رسول الله – صلّى الله عليه وسلّم - : أيّ الكسب أفضل؟ قال : عمل الرجل بيده وكلّ بيع مبرور. رواه الطبراني باسناد جيّد ورواه أحمد والبزّار من حديث رافع بن خديج.

Artinya: diriwayatkan dari ibnu Umar RA, beliau berkata : rosululloh SAW ditanya tentang pekerjaan yang paling utama? Beliau menjawab : “pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang diberkahi (mabrur)”.

وخرّج الطبراني باسناده عن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلّى الله عليه وسلّم قال : إنّ الله يحبّ المؤمن المحترف

Artinya : diriwayatkan dari ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda: “sesungguhnya Allah senang terhadap mu’min tipe pekerja”.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قال التاجر الصدوق الأمين مع النبّيين والصديقين والشهداء رواه الترمذي

Artinya : diriwayatkan dari Abi Sa’id al Khudri RA bahwa rosululloh SAW bersabda: “ pedagang yang jujur serta terpercaya (kelak) bersama dengan para nabi, shiddiqin dan para syuhada’”.

وخرّج الطبراني باسناده عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : تليت هذه الآية عند رسول الله صلّى الله عليه وسلّم "ياأيّها الناس كلوا مما في الارض حلالا طيبا" {البقرة : 168 } فقام سعد بن أبي وقاص فقال : يا رسول الله ادع الله أن يجعلني مستجاب الدعوة , فقال له النبي صلّى الله عليه وسلّم : يا سعد أطب مطعمك تكن مستجاب الدعوة , والّذي نفس محمّد بيده إنّ العبد ليقذف اللقمة الحرام في جوفه ما يتقبّل منه عمل أربعين يوما , وأيّما عبد نبت لحمه من سحت فالنار أولى به.

Artinya : diriwayatkan dari ibnu Abbas RA beliau berkata: ada seseorang yang membaca disamping Nabi SAW ayat “ wahai para manusia makanlah sesuatu yang halal serta baik dari apa yang ada di bumi”, (Al Baqoroh:168) lantas Sa’d bin Abi Waqqosh berdiri seraya berkata : wahai Rosululloh !! mohonkanlah kepada Allah supaya menjadikan aku orang yang doanya dikabulkan. Kemudian Nabi SAW menjawabnya : “ wahai Sa’d !! perbaikilah makanan (dan minuman)mu niscaya kamu menjadi orang yang doanya dikabulkan. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamannNya sesungguhnya seorang hamba yang memasukkan satu suapan yang haram kedalam perutnya maka amalnya sama sekali tidak diterima selama 40 hari. Dan siapa saja yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram maka nerakalah yang pantas untuknya”.



** جميع هذه الاحاديث مأخوذة من "المتجر الرابح في ثواب العمل الصالح" للدمياطي رحمه الله
*1.Najis Mukhaffafah*
Najis mukhaffafah ialah kencing kanak-kanak lelaki yang belum sampai umurnya dua tahun yang tiada makan sesuatu selain dari susu(susu yang dicampur gula atau tepung itu hukumnya seperti yang selain dari susu).
*2.Najis Mughallazah*
Najis mughallazah ialah anjing dan babi dan keturunan dari keduanya atau salah satu dari keduanya.**
*3.Najis Mutawasitah*
Najis mutawasitah adalah najis selain dari najis mukhaffafah dan najis mukhalazah iaitu:
• Setiap yang cecair yang memabukkan 
• Bangkai selain dari mayat manusia,ikan dan belalang,darah,nanah,muntah tahi dan kencing. 
• Susu binatang yang tidak dimakan dagingnya melainkan susu manusia. 
• Bahagian anggota yang bercerai dari barang yang hidup itu hukumnya seperti bangkai.
*CARA-CARA MENYUCI NAJIS*
S: Bagaimana cara bersuci daripada najis tersebut? 
J: Cara untuk menyucikan najis ialah:
*1.Najis Mukhaffafah*
Memadai dengan menyucikan sesuatu dari najis mukhaffafah itu dengan dipercikan air yang meratai akannya dengan tidak disyaratkan mengalir air,setelah dihilangkan ainnya.**
*2.Najis Mughallazah*
Bagi menyucikan sesuatu dari najis mughallazah itu ialah dengan dibasuh tujuh kali.Sekali darinya dengan air tanah,iaitu air yang dicampur dengan tanah yang suci.
Jika tidak hilang najis itu sehingga beberapa kali maka dikira sekali sahaja,maka hendaklah ditambah enam kali lagi.
*3.Najis Mutawasitah*
Bagi menyucikan sesuatu dari najis mutawasitah itu wajiblah dihilangkan rasanya, warnanya dan baunya.(Dan tidak dimaafkan jika tinggal warnanya atau baunya).Tidak mengapa jika tinggal warna atau baunya yang payah hilang.
Dan tidak ada baginya rasa,warna dan bau memadailah mengalirkan air pada tempat yang terkena najis itu.